Category: Kemahasiswaan

  • Sukses Mendidik Anak Ala Qur’ani

    Sukses Mendidik Anak Ala Qur’ani

    Mendidik anak bukan perkara yang mudah bagi orang tua, terlebih di zaman milineal ini tantangan jauh semakin besar dan pola pemahaman anak jauh lebih berkembang. Alquran selalu menjawab berbagai problematika yang tersaji di setiap masanya. Dewasa ini berbagai budaya sudah bercampur dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicerna oleh anak yang dapat diakses dengan mudah melalui berbagai macam media, lalu mengapa harus Qurani?

    Alquran menjadi sumber nilai atau informasi, serta motivasi di dalam mengahadapi satu fenomena di sekitar kita. Alquran yang memiliki jargon Shohih li kulli zaman wal makan artinya dapat dijadikan pedoman di setiap saat dan di manapun ia berada. Umat muslim tidak akan bisa terlepas dari Alqurannya, karena ini merupakan salah satu pondasi keimanan yang wajib ditanamkan dalam hati dan diimplementasikan di dalam kehidupannya.

    Kontrak logis terhadap pandangan ontologis mengenai anak ini sudah mulai bergeser dari hakikatnya, karena di era saat ini anak cenderung dieksploitasi dengan aset ekonomi. Sebagai contoh, banyak orang tua yang beranggapan bahwa ketika ia memiliki anak maka akan tercermin di benaknya untuk mendorong anaknya agar bisa berkerja dan sukses sehingga bisa keluar dari zona kehidupannya yang sempit. Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa anak merupakan tentara Allah untuk berjuang di jalan Allah ‘Jihad fi sabilillah’ berdasarkan pemahamannya, padahal hakikatnya anak memiliki eksistensi yang jauh dari anggapan sebagaimana yang disebutkan di atas.

    Menurut Abdul Mustaqim, (2019:26) beliau menjelaskan bahwa ada lima dasar pandangan Alquran terhadap anak. Pertama, anak sebagai wahbah. Artinya anak dipahami sebagai anugerah pemberian dari Allah SWT. Sebagaimana keturunan yang diberikan oleh Allah terhadap Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub merupakan keturunan yang luar biasa sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Anbiya ayat 72.

    Kedua, anak sebagai amanah. Artinya, anak merupakan titipan Allah SWT untuk dijaga dan diperlakukan dengan baik. Selain itu, anak juga harus diarahkan dengan baik agar menjadi generasi yang lebih baik. Sebagaimana dengan firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 27.  Ketiga, anak sebagai zinah. Artinya anak dapat dipahami sebagai perhiasan yang menyenangkan hati dan menyejukkan mata (Qurrota ‘ayun). Hal ini berdasarkan ayat Alquran surat al-Imran ayat 14.

    Keempat, anak sebagai fitnah, Allah berfirman dalam surat at-Taghabun ayat 15 “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Ayat ini mejelaskan jika kita menyia-nyiakan anak yang diberikan kepada kita sebagai amanah atau karunia maka akan menjadi fitnah buat kita.

    Kelima, anak kebagai aduww. Artinya, konsep ini menempatkan eksistensi anak sebagai musuh bagi orang tua sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taghabun ayat 14. Anak dapat menjadi musuh bagi orang tuanya ketika ia berbuat kerusakan dan memperbanyak maksiat kepada Allah SWT. Bentuk kemaksiatan yang dikerjakan oleh anak akan menjadi bumerang untuk kedua orang tuanya. Baik mendatangkan kesengsaraan orang tua di dunia maupun kemaslahatan di akhirat kelak.

    Penjabaran tentang eksistensi anak menurut sudut pandangan Alquran, memberikan pelajaran bagi kita bagaimana kurikulum yang harus dipakai oleh orang tua untuk membentuk eksistensi anak agar menjadi potensi yang berkualitas, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dari pemaparan di atas, harusnya kita bisa mengarahkan semua kemampuan kita untuk mendidik anak agar ia menjadi sosok yang berkualitas. Hal ini tentu harus dengan tekad dan usaha, serta kesabaran yang berkualitas.

    Penjabaran di atas dirasa sangat lengkap untuk membentuk pribadi anak berdasarkan kacamata Qurani. Dengan maksud agar kita dapat paham untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak. Terlebih untuk yang belum memiliki anak dapat lebih mempersiapkan diri menghadapi kondisi ini. Karena sejatinya Alquran telah menginformasikan 15 abad lalu tentang cara yang harus dimiliki oleh orang tua untuk menjadikan anak sebagaimana mestinya sesuai dengan hakikat anak. (Muhamad Jamaludin/LPM)

    Artikel ini disarikan dari Seminar Parenting dan Bedah Buku Qur’anic Parenting: Kiat Sukses Mendidik Anak Cara Alquran yang disampaikan oleh Dr. H. Abdul Mustaqim, MA. (Penulis Buku dan Pakar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dan Shinta, S.Pd, M.Si., MA. (Pakar Parenting dan Owner Bunda Cinta Parenting Center Yogyakarta). Seminar dilaksanakan di Auditorium IIQ Annur Yogyakarta pada 26 Agustus 2019.

  • Bunda Cinta Paparkan 3 Komponen Pembentuk Anak

    Bunda Cinta Paparkan 3 Komponen Pembentuk Anak

    Shinta, S. Pd., M.Si., MA yang kerap disapa Bunda Cinta memaparkan 3 komponen pembentuk pribadi anak.  Tiga komponen inilah yang dapat membuat anak menjadi pribadi yang hebat. Tiga komponen ini meliputi keluarga, sekolah, dan lingkungan.

    “Pertama adalah keluarga, keluarganya harus kuat. Kedua adalah sekolah, sekolahnya harus hebat. Ketiganya adalah lingkungan, lingkungannya harus cermat,” jelas Bunda Cinta (26/8/2019) di Ruang Dosen Tarbiyah IIQ Annur Yogyakarta.

    “Jadi bagaimana dengan keluarga yang kuat, didukung dengan sekolah yang hebat bersama lingkungan yang cermat, bisa membentuk anak itu menjadi anak yang hebat,” tambah Bunda Cinta.

    Sebagus apapun sekolah atau madrasah orang tua tidak bisa menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah. Karena andil orang tualah yang paling utama. Sebagaimana yang disampaikan Bunda Cinta bahwa sekolah yang utama adalah orang tua. Kepala Sekolahnya adalah bapak dan gurunya adalah ibu.

    Bunda Cinta menambahkan, agar pribadi anak tetap baik maka pendidikan yang di sekolah dan di rumah harus tetap selaras. (Fitri M, Harokati/LPM)

  • DEMA IIQ Annur Gelar Pelatihan Kepenulisan

    DEMA IIQ Annur Gelar Pelatihan Kepenulisan

    Dewan Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Annur  mengadakan pelatihan kepenulisan yakni kelas literasi angkatan I. Kegiatan ini sebagai salah satu strategi DEMA IIQ Annur yang bekerja sama dengan Perpustakaan IIQ Annur mensosialisasikan kegiatan literasi di kampus kepada siswa MA Al-Ma’had Annur.

    Pelatihan Kepenulisan yang dilaksanakan di Auditorium IIQ Annur ini merupakan lanjutan dari kegiatan kepenulisan yang telah dilakukan pada saat Launching Lembaga Pers Mahasiswa pada 27 April 2019. DEMA IIQ Annur menghadirkan narasumber yang sama yakni Moh. Mursyid, SIP, MA.

    “Harapan dalam acara ini, semoga acara ini bisa menumbuhkan budaya litersi di kampus tercinta ini,” ujar Ikhris Muhamad, selaku ketua panitia, (25/08/2019).

    Harapan senada juga disampaikan oleh Ketua Osis MA Al-Ma’had Annur, Muhammad Nur Aziz. Ia pun berharap dengan berjalannya acara ini, kegiatan literasi dapat dibudayakan di lingkungan Ponpes Annur.

    Dalam sambutannya, Muhamad Jamaludin selaku Ketua DEMA IIQ Annur Yogyakarta memberikan motivasi kepada para peserta. Motivasi ini mengutip dari perkataan Imam Al-Ghazali, ‘jika engkau bukan anak raja juga bukan anak ulama besar, maka menulislah’.

    “Fokus dan komitmen itu harapan kami,” tambah Jamal.

    Pelatihan kepenulisan ini, diharapkan mampu memberikan satu bukti dengan membuat satu buku, sebagaimana yang disampaikan Arif.

    “Untuk ke depannya kita arahkan untuk pembuatan buku”, jelas Arif Setiyawan, SIP., selaku Kepala Perpustakaan IIQ Annur Yogyakarta.

    Kegiatan pelatihan kepenulisan yang dihadiri oleh 125 peserta ini berlangsung selama 4 jam. (Fitri Mu’alimah, Harokati/LPM)

  • HADRAH SEBAGAI KEKUATAN BUDAYA DAN SENI ISLAMI DI PEDESAAN

    HADRAH SEBAGAI KEKUATAN BUDAYA DAN SENI ISLAMI DI PEDESAAN

    Pundong – Mahasiswa/i Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Ilmu Al Qur’an An Nur Yogyakarta kelompok 2 sudah melakukan berbagai program, salah satunya adalah pelatihan Hadrah oleh adik-adik di Masjid Miftahul ‘Ibad di dusun Panjang, Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.

    Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada Ahad (04/02/2019) di halaman depan Masjid. Kegiatan ini awalnya dihadiri oleh adik-adik, selang beberapa menit, banyak anak muda juga ikut andil untuk bersama-sama latian. Dengan semangatnya mereka berlatih ini, akhirnya beberapa mahasiswa KKN juga ikut mendampingi kegiatan tersebut, sehingga kegiatan ini semakin meriah di sore hari.

    Menurut mahasiswa KKN dan sekaligus pembina Hadrah, Arifin Setyadi dan Tomi Muslim, kegiatan ini merupakan salah satu program wajib kami setiap 3x seminggu. Harapannya kegiatan ini mampu meneguhkan budaya dan seni Islami di masyarakat secara luas. Tidak hanya itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih tersendiri dalam memakmurkan masjid oleh para generasi muda ke depannya di kampung Panjang ini.

    Sedangkan menurut ketua KKN kelompok 2, Sabirin, “Kegiatan ini akan terus kami lakukan sepanjang kegiatan KKN ini usai. Tidak hanya sampai itu saja, jika pemuda di sini masih membutuhkan kami setelah kami selesai KKN, insya Allah kami akan teruskan dalam pembimbingan. Karema hal ini menjadi sebuah pembelajaran terbaik bagi kelompok kami demi melayani umat dan kamipun terus belajar ke mereka.”

    Dalam kesempatan lain, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Bapak Ahmad Shofiyuddin Ichsan, M.A., menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini harus diapresiasi. Di samping untuk memakmurkan masjid, kegiatan hadrah ini justru sebagai bagian penguatan budaya dan seni Islam di Nusantara yang seharusnya dipertahankan di era milenial saat ini.

    “Sebagai DPL, saya mengapresiasi kegiatan rutinan di masjid oleh mahasiswa-mahasiswi ini. Di saat musim politik, banyak masjid dijadikan alat kampanye, sehingga masyarakat lebih menjauh dari kegiatan-kegiatan di tempat ibadah suci ini. Tetapi dengan kegiatan hadrah ini, setidaknya para mahasiswa/i ini mencoba mengembalikan ke ‘khittah’nya, yakni masjid sebagai tempat ibadah yang menenangkan, menyenangkan, serta memeriahkan dengan berbagai kegiatan yang asyik dan bermanfaat.” Imbuhnya.

    Kegiatan hadrah ini diikuti lebih dari 10 adik-adik dan pemuda dengan latihan pertama tentang kunci-kunci hadrah dan latihan vokal. Kegiatan ini akhirnya ditutup dengan sholawat Badar bersama-sama.

    (Penulis: Maskunah/Nur Faizah)

  • Korp Dakwah Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta Gelar Musyawarah Besar ke-VIII

    Korp Dakwah Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta Gelar Musyawarah Besar ke-VIII

    Sabtu (8 Desember 2018), merupakan saat-saat menegangkan bagi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Kampus IIQ An Nur Yogyakarta, yaitu Korp Dakwah (Korda) Mahasiswa. Di mana Korda melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) ke-VIII.

    Mubes sebagai permusyawarahan di bawah Dewan Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta yang diadakan setiap satu tahun sekali. Kegiatan ini guna membahas dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pengurus Korda dalam satu periode tersebut. Mubes Korda ke-VIII, sebagai bentuk pertanggungjawaban dari pengurus Korda masa bakti 2017-2018.

    Kegiatan ini mengusung tema “Mari Bersama Hidupkan Organisasi Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.” Penjelasan tema disampaikan oleh Ketua Mubes yakni Zainal Fanani.


    “Tema ini merupakan buah dari rapat yang diadakan secara continue sebelum pelaksanaan Mubes. Melalui tema tersebut tersirat harapan, ‘Bagaimana mengangkat derajat korda dan membuat korda Istimewa untuk kita?’” papar Zainal.

    Harapan tersebut ditanggapi oleh Muhammad Jamaludin yang kala itu masih menjabat sebagai Ketua Korda Periode 2017-2018. Di mana dia menganalogikan organisasi sebagai api unggun, yang mana seluruh anggotanya harus saling bahu-membahu dalam membangun organisasi.

    “Saya menganalogikan sebuah organisasi sebagai api unggun, semakin banyak bahan bakarnya makin banyak pula apinya” ujar Jamaludin.

    Ketua Dema IIQ An Nur menambahkan bahwa dalam membangun sebuah organisasi sangat memerlukan kerja sama tim.

    “Siapapun yang akan terpilih (mengemban amanah dalam organisasi) harus saling bahu-membahu dan anggotanya sebagai kontribusinya, ketua hanya sebagai figur,” terang Johan Utsman.

    Selanjutnya Drs. H Atmaturida, M. Pd, selaku Penasehat Korda sejak tahun 2004 hingga sekarang, juga menyampaikan pentingnya kerja sama dalam menjalankan sebuah organisasi.

    “Organisasi itu sistem, harus bergerak semuanya (itemnya), jangan jalan sendiri, jangan bekerja sendiri,” dukung Drs. Atma.

    Beliau menambahkan jika kegiatan Mubes ini merupakan salah satu jembatan menuju mufakat dari seluruh anggota Korda. Di mana segala kesepakatan di dalamnya akan menjadi acuan untuk masa depan Korda. Adapun pemenuhannya ialah dengan senantiasa bahu-membahu membangun Korda menjadi yang lebih baik.

    “Organisasi tidak boleh berhenti dan kaderisasi harus selalu berkembang,” jelas Drs. Atma, sebagai penyemangat untuk Korda ke depannya. (Umi Hasanah).

  • Bedah Buku Biografi Sang Penjaga Alquran: KH. Nawawi Abdul Aziz

    Bedah Buku Biografi Sang Penjaga Alquran: KH. Nawawi Abdul Aziz

    Jum’at (27/4), DEMA Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta bekerja sama dengan perpustakaan IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan acara Bedah Buku. Buku yang dibedah kali ini berjudul “Biografi KH Nawawi Abdul Aziz Sejarah Hidup Sang Penjaga Al-Qur’an”.

    Acara bedah buku ini merupakan serangkaian acara dalam rangka Peringatan Hari Kartini dan HUT DEMA Fakultas Tarbiyah ke-11. Narasumber yang dihadirkan kali ini adalah salah satu Tim Penulis buku yaitu Qowim Mushofa, M. Hum dan pembandingnya yaitu Arif Nuh Safri, M. Hum. sebagai seorang yang memberi kritikan terhadap karya fenomenal tersebut.

    Bertempat di Ruang Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta, tampak sekali wajah antusias dari puluhan hadirin. Puluhan hadirin tersebut adalah mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta, santriwati Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, dan mahasiswa UCY.

    Pemaparan diawali dari sang penulis buku, Qowim Mushofa, M. Hum. Beliau memaparkan secara singkat tentang bagaimana KH Nawawi mendirikan ponok pesantren dan sekolah formal dari Mts, MA, Madrasah Diniyah, Madrasah Salafiyah, hingga STIQ (Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an) sekarang sudah menjadi IIQ An Nur Yogyakarta.

    “Dari sana satu hal yang paling harus kita garis bawahi bahwa simbah ini bukan orang yang terpelajar yang sekolah formal, tidak. Simbah itu cuma lulus Sekolah Rakyat di Tulusrejo. Kemudian mondok yang pertama di Lirab, yang kedua di Banyuwangi, yang ketiga di Pondok Krapyak, yang ke empat di Kudus,” ujar Qowim.

    Dari perjalanan tersebut, tampak bahwa KH Nawawi bukanlah orang yang mengenyam pendidikan formal. Akan tetapi bagaimana beliau menyikapi tantangan zaman yang semakin modern, sehingga kemudian beliau mendirikan sekolah formal bahkan sampai perguruan tinggi. Oleh karenanya, Pondok Pesantren An Nur Ngrukem adalah satu-satunya pondok pesantren di Bantul yang memiliki perguruan tinggi.

    Ketika mendidik para santrinya, beliau tidak hanya mengajarkan sebatas memberi nasehat-nasehat saja. Tetapi beliau selalu memberi contoh bahwa hal itu sangat penting untuk dilakukan.

    “Satu hal yang saya kira tidak bisa diingkari oleh semua orang atau bahkan para alumni, bahwa simbah itu istiqomahnya luar biasa. Dalam keadaan sakitpun beliau masih tetap ngaji, terima setoran, bahkan shalat jama’ah,” tambah Qowim.

    Penulis buku bercerita bagaimana Kyai tersebut sangat istiqomah dalam beribadah dan belajar. Bahkan 1 tahun sebelum beliau wafat, dalam keadaan sakit beliau tetap melaksanakan shalat berjama’ah.

    “Bahkan di satu tahun beliau sebelum wafat itu jama’ahnya luar biasa. Bahkan beliau itu imam masih pakai alat pembantu untuk membantu ketika beliau sujud mau i’tidal itu beliau sudah nggak bisa, sehingga mengambil tekenan itu untuk membantu simbah berdiri. bahkan seringkali santri di dawuhi beliau untuk membantu beliau ketika i’tidal atau ketika bangun dari sujud,” tambahnya.

    Qowim menambahkan bahwa apapun yang diajarkan oleh KH Nawawi, keistiqomahan ini menjadi salah satu kunci penting yang tidak bisa diotak-atik. Baik istiqomah itu diterapkan ketika ngaji, shalat, maupun belajar. Beliau juga tidak hanya sebatas berbicara atau memberi nasehat saja. Tetapi beliau selalu memberi contoh.

    Terkait tentang isi buku, penulis buku memaparkan bahwa dalam buku tersebut memuat sejarah kehidupan KH Nawawi dari lahir sampai wafat. Perlu diketahui bahwa lahir pada tanggal 17 Juli 1925 bukan pada tanggal 31 Desember. Selain itu, tim penulis juga menulis tentang peran KH Nawawi secara tematik. Baik dari segi pendidikan, pemikiran, maupun keorganisasian NU.

    Kemudian Qowim menunjukkan tawadhu’nya sebagai seorang penulis sejati. Ini terlihat jelas dari salah satu memaparkan rumus untuk dapat terkenal.

    “Kami merasa kalau kami menulis tentang simbah, yang hebat bukan yang nulis, yang hebat adalah simbah. Jadi, kami itu cuma numpang tenar aja karena nulis orang yang tenar,” ucap Qowim. (Fitri, Harokati)

  • Tanamkan Nilai Kemanusiaan dengan Donor Darah

    Tanamkan Nilai Kemanusiaan dengan Donor Darah

    Serangkaian kegiatan untuk memeriahkan Peringatan Hari Kartini dan HUT DEMA Fakultas Tarbiyah ke-11 telah terlaksana. Salah satunya, telah dilaksanakan kegiatan donor darah pada hari Kamis (26/2). Acara tersebut dilaksanakan di salah satu ruang kelas IIQ An-Nur Yogyakarta.

    Kegiatan ini merupakan tradisi yang dilakukan setiap kali memperingati HUT DEMA FT (dulunya KST/ Kelompok Study Tarbiyah) yang bekerja sama dengan pihak PMI. Pada tahun ini, DEMA FT  berkesempatan bekerja sama dengan pihak PMI Kabupaten Bantul.

    Dalam kegiatan donor darah tersebut, DEMA FT menargetkan 50 orang pendonor dan akhirnya diperoleh 67 orang calon pendonor. Sedang pihak calon pendonor yakni dari keluarga besar Yayasan An-Nur sendiri. Setelah melewati beberapa tes, akhirnya diperoleh 21 kantong darah.

    Ella, salah satu petugas PMI Kabupaten Bantul sangat mengapresiasi kegiatan sosial ini. Karena dengan adanya kegiatan ini, maka dapat membantu orang lain.

    “Bagus. Soalnya ada yang buat kegiatan sosial. Jadi, bisa membantu orang lain,”ucap Ella.

    Muhammad Basyar Mustofa, selaku Ketua KST Periode 2016-2017 menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuuk kepedulian sosial mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta.

    “Hal ini merupakan kepedulian sosial yang paling sederhana dari mahasiswa. Karena tingginya animo mahasiswa dan masyarakat setempat untuk melakukan donor darah, maka kegiatan ini pun menjadi rutin dilakukan pada setiap moment peringatan harlah,” ucap Basyar.

    Ia berharap agar DEMA Fakultas Tarbiyah dapat bekerja sama dengan PMI kabupaten Bantul dalam kegiatan yang selanjutnya.

    “Semoga untuk kegiatan ke depan bisa bekerja sama lagi,” tambahnya.

    Kegiatan donor darah tersebut dilaksanakan sejak pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 12.00. (Fitri, Harokati)

  • Simaan al-Qur’an Peringatan Hari Kartini dan HUT DEMA Fakultas Tarbiyah ke-11

    Simaan al-Qur’an Peringatan Hari Kartini dan HUT DEMA Fakultas Tarbiyah ke-11

    Kamis (26/4), dalam rangka Peringatan Hari Kartini dan HUT DEMA Fakultas Tarbiyah ke-11 diadakan simaan Alquran. Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu ruang lantai satu IIQ An Nur Yogyakarta dan di mushola Komplek Nurul Huda (Ponpes An Nur). Kegiatan ini secara otomatis melibatkan santriwan dan santriwati Pondok Pesantren An Nur Ngrukem.

    Kegiatan simaan merupakan agenda yang wajib dilakukan setiap kali memperingati HUT DEMA Fakultas Tarbiyah (dulunya KST/ Kelompok Study Tarbiyah). Muhammad Basyar Mustofa, selaku Ketua KST Periode 2016-2017 mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya kegiatan tersebut untuk meningkatkan semangat intelektual mahasiswa sebagai agent of control social.

    “Peringatan Harlah DEMA Fakultas Tarbiyah (dulu harlah KST) bertujuan untuk meningkatkan semangat intelektual dan pergerakan mahasiswa sebagai agent of control social. Tentunya mahasiswa perlu memahami terlebih dulu jati diri mereka sebagai mahasiswa IIQ An-Nur,” ucap Basyar.

    Di sisi lain, karena IIQ An Nur Yogyakarta adalah kampus yang berbasis pada nilai-nilai Alquran, maka di setiap peringatan harlah selalu diadakan simaan Alquran.

    “Sebagai kampus yang berbasis pada nilai-nilai Alquran, para mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ajaran-ajaran Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bentuk realitas dari hal tersebut, di setiap moment peringatan harlah harus diadakan simaan Alquran. Alangkah baiknya jika suatu acara disertai dengan Al-Qur’an,” tambahnya. (Fitri, harokati)

  • Debat Ilmiah Untuk Memperingati Hari Kartini

    Debat Ilmiah Untuk Memperingati Hari Kartini

    Rabu, 25 April 2018 dalam memperingati Hari Kartini, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah IIQ An-nur Yogyakarta mengadakan sebuah debat ilmiah. Acara berlangsung di Hall Loby IIQ An-Nur Yogyakarta.

    Acara tersebut dihadiri oleh berbagai perwakilan dari masing-masing kelas yang berjumlah 12 Mahasiswa yakni PAI A  VI, PAI A II, PAI B II, PAI B IV, PAI B VI, dan PAI C II. Acara dimulai pada pukul 14.30 WIB. Tema yang diangkat pada kesempatan tersebut ialah “Degadrasi Moral Di Dunia Pendidikan”.

    Acara diawali dengan penyampaian materi oleh 2 kelompok yang ber-kubu pro dan kontra. Yakni dari PAI B II dengan kontranya yang diwakili oleh Sidiq dan Hendrawan dan PAI A II dengan pendapat pro-nya yang diwakili oleh Rica dan Agus. Masing-masing perwakilan menyampaikan hasil diskusinya dengan lantang dan jelas.

    Ada berbagai pendapat tentang degradasi moral di dunia pendidikan. Salah satu hal yang paling banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah faktor keluarga dan lingkungan. Selain itu, media merupakan hal kedua yang dibicarakan pada debat tersebut. Dari berbagai pendapat yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa media diibaratkan seperti pisau. Ia bisa saja bermanfaat, namun juga bisa membinasakan, tergantung orang yang menggunakannya.

    Muhammad Isa Anshori, selaku Ketua Panitia mengungkapkan ucapan terimakasih kepada semua pihak atas terlaksananya kegiatan debat ilmiah se-Fakultas Tarbiyah.

    “Alhamdulillah acara telah terlaksana dengan sukses. Terimakasih atas partisipasi teman-teman yang telah ikut memeriahkan acara ini. Semoga tahun depan acara debat ilmiah dapat dilaksanakan dan lebih meriah lagi,”ucap Isa.

    Acara berlangsung  sampai pada pukul 17.00 WIB. (Tri Listiyaningsih)

  • DEMA Fakultas Tarbiyah Gelar Acara Pembukaan Peringatan Hari Kartini

    DEMA Fakultas Tarbiyah Gelar Acara Pembukaan Peringatan Hari Kartini

    Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah IIQ An-Nur Yogyakarta memperingati hari Kartini sekaligus HUT DEMA F Tarbiyah ke-11 pada Sabtu (21/4). Dengan menggelar beberapa acara, seperti yang sudah dilaksanakan pada hari ini yaitu acara pembukaan. Acara ini mengangkat tema “Refleksi Perjuangan RA Kartini Dalam Berbudaya Luhur Untuk Membangun Bangsa” yang bertempat di Lobby IIQ An-Nur.

    Acara berlangsung mulai pukul 09.00 sampai 11.00 dan dibuka oleh M. Isa Anshori, sebagai ketua panitia pelaksana. Acara hari ini dihadiri oleh keluarga besar MI An-Nur dan delegasi dari beberapa kelas khususnya dari Fakultas Tarbiyah sendiri.

    Yang lebih menariknya, acara ini diawali dengan menceritakan beberapa dongeng kepada seluruh murid-murid MI An-Nur yang dipimpin oleh saudara M. Isa Anshori selaku ketua panitia pelaksana. Selanjutnya diisi dengan tarian kupu-kupu yang dibawakan oleh perwakilan anak-anak MI An-Nur mulai dari kelas satu sampai tiga.

    Panitia menghadirkan empat pembicara untuk mengisi sambutan dalam acara pembukaan tersebut, yaitu M. Isa Anshori sebagai ketua panitia pelaksana, Agung Setiawan sebagai Ketua DEMA Fakultas Tarbiyah, Johan Utsman sebagai Ketua DEMA IIQ An Nur Yogyakakarta. Selanjutnya Dr. Munjahid, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.

    Pada kesempatan tersebut, M. Isa Anshori selaku ketua panitia mengatakan, “Dengan mengenangnya hari Kartini, semoga rasa kekartinian kita terus muncul ke adek-adek dan penerus bangsa, Ibu kita Kartini yang namanya harum semoga terus harum sampai akhir zaman.”

    Harapan dari saudara Muhammad Isa Anshori, “Dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan rasa keperdulian adek-adek MI terkait perjuangan seorang pahlawan Indonesia. Khususnya untuk temen-temen mahasiswa semoga dapat menambah wawasan. Bagaimana cara membuat suatu pergerakan yang bermanfaat untuk orang lain. Semoga dengan adanya acara ini dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan di dalam suatu organisasi”

    Acara berakhir dengan bertukar kado untuk anak-anak MI An-Nur dan foto bersama. (Mudrika, Harokati)

  • Tumbuhkan Semangat Baru Organisasi Kemahasiswaan di IIQ An-Nur Yogyakarta

    Tumbuhkan Semangat Baru Organisasi Kemahasiswaan di IIQ An-Nur Yogyakarta

    Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ An-Nur Yogyakarta mengadakan Sosialisasi Surat Keputusan Organisasi Mahasiswa 2016 pada Selasa, (03/4). Tema yang diusung kali ini yakni, “Revitalisasi Arah dan Garis Kebijakan Organisasi Mahasiswa dalam Membangun Kampus.” Sedang narasumber yang dihadirkan yaitu A. Sihabul Millah, MA., selaku Wakil Rektor III (Bidang Kemahasiswaan), Dr. Munjahid, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, M. Ikhsanuddin, M.SI., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, dan Braham Maya Baratullah selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam.

    Acara tersebut dilaksanakan di Auditorium IIQ An-Nur Yogyakarta. Dihadiri oleh puluhan mahasiswa delegasi dari masing-masing DEMA Fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) di IIQ An-Nur Yogyakarta. Mereka begitu antusias mengikuti acara tersebut.

    Johan Usma Presiden Mahasiswa IIQ An Nur

    Dalam sambutannya, Johan Utsman selaku Ketua DEMA  IIQ An-Nur mengungkapkan bahwa latar belakang diadakannya sosialisasi ini karena kegelisahan yang dirasakan oleh para pengurus melihat organisasi kemahasiswaan kurang aktif bergerak. Oleh sebab itu, mereka ingin membangkitkan kembali organisasi mahasiswa yang selama ini terlihat mati.

    “Jadi latar belakang kita mengadakan acara ini adalah dalam rangka peralihan itu, dari STIQ menjadi IIQ. Otomatis banyak yang harus kita rubah termasuk itu organisasi kemahasiswaan. Ini adalah inisiasi dari teman-teman DEMA Institut, bagaimana kemudian membangkitkan kembali organisasi mahasiswa di IIQ An-Nur, yang selama ini kita lihat semenjak kepemimpinan saya itu kelihatan mati,” tutur Johan.

    Di sisi lain karena adanya peralihan dari STIQ An-Nur Yogyakarta menjadi IIQ An-Nur Yogyakarta, maka juga terjadi perubahan posisi organisasi kemahasiswaan. Perubahan posisi itu membuat para pengurus merasa bingung bagaimana harus berbuat. Johan mengatakan bahwa mereka tidak menyalahkan perubahan tersebut. Namun, yang mereka permasalahkan adalah karena tidak adanya sosialisasi organisasi sebelum terbentuknya organisasi yang baru.

    “Soalnya karena kami ini masih bingung terkait dengan garis koordinasi dan garis instruksi itu. Kami tidak menyalahkan peralihan STIQ menjadi IIQ, tetapi yang kami persalahkan di sini adalah panduan pedoman organisasi kemahasiswaan. Jadi, kami di sini akan berusaha untuk membahas panduan organisasi keahasiswaan. Bagaimana hal itu cocok dipadukan dalam organisasi kemahasiswaan IIQ An-Nur,” papar Johan.

    “Saya lihat juga teman-teman dari DEMA Fakultas, saya rasa mereka juga sudah berada pada titik jenuh. Titik jenuh di mana mereka juga tidak paham terkait dengan garis instruksi dan koordinasi itu. Makanya dari DEMA Institut berinisiatif untuk menyelenggarakan acara ini, supaya kita kembalikan semangat organisasi kemahasiswaan di IIQ yang selama ini kelihatan mati,” tambahnya. (Tim Redaksi Harokati)

  • KSEI Gelar Seminar tentang Pentingnya Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia.

    KSEI Gelar Seminar tentang Pentingnya Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia.

    Kelompok Studi Ekonomi Syariah (KSEI) IIQ An-Nur Yogyakarta menyelenggarakan acara seminar umum dengan tema, “Akselerasi Ekonomi Syariah terhadap Stakeholder Perbankan Syariah,” Sabtu (24/2). Seminar ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari beberapa kampus di Yogyakarta, seperti UIN Sunan Kalijaga, IIQ An-Nur Yogyakarta, STEBI Al-Muhsin, UNY, UMY, UII, STEI Yogyakarta, dan Alma Ata.

    Narasumber yang dihadirkan yakni Mohammad Fauzi, Lc. M.H., sebagai Ketua Prodi Ekonomi Syariah IIQ An-Nur dan Lutvia Monda, Lc. M.Sc., perempuan asli Sumenep yang berhasil mendapat gelar S2 di Durham University, UK.

    Sebagai narasumber pertama, Fauzi menyampaikan urgensi ekonomi syariah dengan mengibaratkan realisasi ekonomi syariah dengan sebuah bangunan.

    “Ibarat sebuah bangunan, akidah berada pada lantai dasar.  Lantai selanjutnya terdapat syariah dan akhlak. Kemudian pada tingkat ketiga terdapat ukuwah Islamiyah. Dari masing-masing lantai tersebut terdapat tiang yang menjadi pokok bangunan yaitu keadilan, keseimbangan serta kemaslahatan. Keadilan merupakan tonggak dari ketiga poin tersebut,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa tujuan utama dari sistem ekonomi syariah adalah terciptanya al-Falah, yakni kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia.  Poin tersebut sejalan dengan visi perbankan syariah. Oleh karenanya, krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 lalu dapat diminimalisir dengan adanya bank yang menerapkan sistem ekonomi syariah.

    Lutvia sebagai pembicara kedua menjelaskan penerapan dari sistem ekonomi syariah dapat berhasil menyelamatkan dan bahkan memajukan beberapa negara Islam di dunia.

    “Dari sepuluh negara dengan keuangan syariah terbesar di dunia, Indonesia berada pada nomor sembilan. Dengan didominasi oleh sukuk atau surat hutang berharga,” katanya.

    Tidak kalah pentingnya, negara maju seperti Inggris pun sudah memiliki bank yang mengadopsi sistem ekonomi syariah karena dirasa lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, dia juga menambahkan beberapa strategi akselerasi ekonomi syariah.

    “Terdapat beberapa strategi akselerasi ekonomi syariah yaitu penguatan kapasitas kelembagaan industri jasa keuangan syariah, peningkatan ketersediaan dan keragaman produk keuangan syariah, pemanfaatan Fintech dalam rangka akses kapasitas SDM, serta peningkatan koordinasi antar pemangku pengembangan keuangan syariah di Indonesia,” tambahnya.

    Pada akhir acara, dia menekankan bahwa perlu ada peningkatkan ekonomi syariah dengan meningkatan literasi tentang ekonomi syariah dan memanfaatan fintech dalam kehidupan sehari-hari. (Fitri/25/03/2018)