Menghidupkan Spirit Menghafal al-Quran KH. Nawawi Abdul Aziz
Sebagai bekal mahasiswa baru dalam memahami perjalanan ruhani sekaligus proses akli, Institut Ilmu al-Quran (IIQ) menggelar Studium General bertajuk, “Spirit Menghafal Al-Quran KH. Nawawi Abdul Aziz” dengan pembicara KH. Muslim Nawawi.
Tema dipilih untuk memberikan motivasi kepada para mahasiswa, terutama mahasiswa baru dalam menjaga keistiqomahan menghafal al-Quran dan menyelaraskan antara proses pembelajaran akademik dan kepesantrenan.
Dalam sambutanya, Rektor IIQ An Nur Yogyakarta Dr. A. Sihabul Millah menyampaikan bahwa studium general ini digunakan untuk menyampaikan motivasi dalam menghafal al-Quran bagi mahasiswa baru. Sehingga nantinya proses hafalan al-Quran yang digawangi oleh Lembaga Tahfidz dan Tahsin (LTTQ) dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, Rektor juga menyampaikan bahwa nanti ada proses akselerasi bagi mahasiswa yang telah membawa syahadah hafalan untuk bisa naik level dalam kurikulum pembelajarannya. Tanpa harus mengulangi hafalan dari awal lagi.
Bertindak selaku pembicara Opening Remark, Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. H. Munjahid. Dalam pemaparannya, Munjahid mengatakan bahwa menghafal al-Quran itu memerlukan strategi. Salah satunya dengan membuat kurikulum yang dapat diukur perolehannya, dan kualitasnya.
Sebagai pemateri inti Studium General, KH. Muslim Nawawi, pertama-tama beliau menceritakan tentang Spirit Simbah KH. Nawawi Abdul Aziz dalam menghafal Al-Quran. Simbah–red. dulu sebelum memasuki ranah hafalan, beliau telah mendalami berbagai pengetahuan keislaman. Puncaknya dengan menghafal al-Quran. Sehingga ketika disebutkan nama-nama kyai kita, sematan terakhirlah yang mencirikannya sebagai ahli al-Quran.
Kyai Muslim menjelaskan, “Saking ahlinya dalam bidang al-Quran, maka ilmu yang lain tertutupi. Jika disebutkan Simbah Munawwir, beliau ahli al-Quran. Kalau disebutkan nama Mbah Arwani, beliau ahli al-Quran. Manakala disebutkan nama Mbah Nawawi, beliau pun ahli al-Quran. Meskipun beliau menguasai berbagai ilmu keislaman.”
“Namun ini sekarang banyak mengalami degradasi. Jika sudah hafal maka ilmu lain serasa asing. Kalau orang hafal al-Quran baca kitabnya lemah.” Tambahnya.
Lebih lanjut Kyai Muslim menjelaskan beberapa metode dan strategi menghafal al-Quran. Salah satunya dengan mengenal dan mendeteksi kata-kata yang sama (at-tasaybuh al-lafzhiy). Dengan cara ini, maka kita akan mudah mengenal dan tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, yang sering dialami para pengfala al-Quran.
Sebagai sebuah lembaga yang berbasis al-Quran dan turos Islam, IIQ An Nur berupaya menyelaraskan nilai-nilai qurani dalam lingkup akademik, sekaligus menghidupkan tradisi kepesantrenan al-Quran berbasis akademik. Di antaranya dengan mendirikan Lembaga Tahfidz dan Tahsin al-Quran (LTTQ). Lembaga ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan kualitas hafalan dan bacaan al-Quran mahasiswa.
Penulis: Khoirul Imam