“Peran Media
Dakwah Santri”
Bersama Instruktur Nasional Moderasi Beragama
Bantul – Instruktur Nasional Moderasi Beragama (M. Jamaludin & Ahmad Wahib Maulana). Mengadakan Diskusi bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta dan DEMA IAIN Pekalongan dengan mengangkat tema “Peran Santri Dalam Berdakwah Melalui Media”
Acara tersebut diselenggarakan secara virtual melalui Live
Instagram (IG) akun @demaiiqannuryk dan @demaiainpekalongan.acara tersebut di
hadiri 72 Peserta yang terdiri dari pengikut akun instagram @demaiiqannuryk dan
@demaiain pekalongan. (29/08/2020)
“Kehidupan era milineal saat ini tidak akan terlepas dari
peran media, pun dalam kegiatan beragama saat ini. Kendati demikian, banyak
narasi dakwah yang bersifat ekstrimis dan memecah belah umat. Hal ini menjadi
alasan terbesar kita sebagai mahasiswa dan santri untuk turut andil mengimbangi
dakwah dalam media sosial untuk meredam narasi yang bersifat ekstrimis
tersebut. Sebagai santri dan mahasiswa tugas kita adalah memunculkan narasi
dakwah yang lebih menyejukkan umat ke lini media untuk dikonsumsi masyarakat
umum. Narasi tersebut kita dapatkan dari para guru, para pak Yai, atau para
ajengan di instansi pondok pesantren kita masing-masing”. unjar jamal dalam
pemaparan diskusi di IIQ An Nur, Sewon Bantul Yogyakarta, Ahad (29/08/2020)
Ahmad Wahib Maulana juga menyampaikan
dalam diskusi tersebut. “ 2045
menjadi tahun yang menjanjikan bagi bangsa Indonesia, bonus demografi tentu
harus menjadi peluang emas untuk semakin bergelora menuju Indonesia Emas. Semua
harus bersemangat untuk proses menuju 2045 yang gemilang, maka pemuda harus
semakin merasakan bahwa dirinya sebagai tulang punggung bangsa yang akan
membawa nasib Indonesia. Bukan lagi carut marut perbedaan yang digemborkan
antar sesama umat yang berada dalam satu kehidupan bangsa, tapi prinsip untuk
berkolaborasi dan bersatu memikirkan masa depan bangsa yang menjadi spirit
bersama.
Konsep
Persatuan (Ukhuwah) menjadi prioritas utama untuk menyatukan misi untuk
Indonesia Jaya. Adakalanya konsep Ukhuwah Islamiyyah yaitu persaudaraan
/ persatuan antar umat Islam, adakalanya konsep Ukhuwah Wathaniyah yaitu
persaudaraan / persatuan dalam lingkup kenegaraan, adakalanya konsep Ukhuwah
Basyariyyah persaudaraan / persatuan sesama manusia. Maka semua harus
memahami dan mengaplikasikan makna persaudaraan / persatuan yang dibangun dalam
tali yang sama, dengan begitu tidak ada saling menghujat bahkan memberikan
ujaran kebencian. Akhir ini sering kita temui konflik ujaran kebencian melalui
media bahkan semua hal-hal yang menjadi problematika begitu cepatnya
tersalurkan melalui media.
Kita
semua sadar dengan perkembangan zaman, dimana untuk era sekarang kaum milenial
sering memahami dengan era distribusi yaitu
revolusi industri 4.0 semua berbasis IT. Media menjadi konsumsi utama
seluruh masyarakat baik yang tua, muda bahkan usia kanak kanakpun sudah mulai
menerima dan memainkan media sesuka hatinya. Maka setiap pengguna media harus
memiliki batas kontrol untuk segala informasi yang masuk. Karena pengaruh media
sangatlah besar hingga mendominasi pemikiran penggunanya sampai akhirnya
menjadi pola pikir.
Mari
pemuda wujudkan Indonesia yang bermartabat untuk kehidupan yang sentosa.
Mari
para santri tunjukkan bahwa tidak melulu santri terdiam dan meninggalkan
kehidupan dengan perkembangan zaman pada eranya.” (29/08/2020)
“Harapan kami dalam diskusi ini dapan membuka pandangan
santri dan mahasiswa untuk dapat mengambang dakwanya tidak hanya melalui metode dakwah tradisional
seperti pandangan masyarakat umum bahwa metode tersebut dianggap ‘kolot”, tapi
juga bisa membuka pandangan bahwa santri juga dapat berdakwah melalui media
sosial dengan konsep kekinian”. Ucap wapresma IIQ An Nur Yogyakarta selaku
bagian dari pelaksana kegiatan(29/08/2020).
Sebelum acara ditutup panitia membuka sesi pertanyaan
yang di tanyakan melaui Direct Massang
(DM) Instagram yang nanti di jawab oleh para pemateri. Dengan tujuan dapat
dijawab secara mendalam. (Ahmad Tomi Wijaya/ LPM Tsuroya IIQ An Nur Yogyakarta)