Category: Berita

  • Fakultas Ushuluddin Sambut Kunjungan dari UNIDA Gontor

    Fakultas Ushuluddin Sambut Kunjungan dari UNIDA Gontor

    Yogyakarta – Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) An-Nur Yogyakarta menyambut kunjungan ilmiah dari Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Putri, Selasa (25/1).  

    Kegiatan ini mengusung tema “Al-Quran sebagai Revitalisasi Pendidikan Islam pada Era Revolusi 4.0” dan diisi oleh Khoirul Imam.

    Yuni Ma’rufah sebagai kaprodi IAT mengaku bahwa pihaknya sangat senang bisa menerima kunjungan dari UNIDA. Dalam sambutannya, Yuni menyampaikan, ciri khas dari Fakultas Ushuluddin adalah program tahfiz. 

    “Program unggulan kami di sini tahfiz. Ada 16 SKS untuk tahfiz, baik di Prodi IAT atau pun ILHA,” ungkapnya dalam acara yang dimoderatori oleh salah satu mahasiswa dari IIQ An-Nur ini. 

    Di samping itu, Yuni melanjutkan, IAT IIQ Annur juga fokus pada penguasaan turas dan kajian seputar Al-Quran yang hidup di masyarakat atau studi living Quran. 

    Berbeda dari IIQ Annur, seperti dijelaskan oleh Ahmad Fadly Rahman Akbar, salah satu pendamping dosen dari UNIDA, yang menjadi program unggulan UNIDA adalah tafsir sains. 

    Menurutnya, ini berhubungan dengan paradigma yang UNIDA punya, yaitu Islamisasi Ilmu. Fokus pada produksi tafsir-tafsir sains merupakan bagian dari proses Islamisasi Ilmu. 

    “Dengan ungkapan lain, dengan model Islamisasi Ilmu itulah kami berupaya melakukan kontekstualisasi terhadap Al-Quran agar senantiasa relevan,” jelasnya. 

    Selain itu, Khoirul Imam sebagai dosen Program Studi Ilmu Hadis juga menjelaskan bahwa “Untuk konsep integrasi sains dan al-Quran, memang di IIQ An Nur tidak secara eksplisit menuangkan gagasan integrasi tersebut. Namun praktiknya, kami menguatkan di dalam kurikulum mata kuliah Kajian Al Quran Berbasis Teknologi.”

    Acara yang diselenggarakan di Auditoritum IIQ Annur Yogyakarta ini dihadiri oleh sekitar lima puluh tujuh (57) mahasiswi UNIDA, tiga (3) pendamping dosen dari UNIDA, dan lima (5) dosen IIQ Annur. 

  • Lina Berhasil Meraih Gelar Doktor di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta

    Lina Berhasil Meraih Gelar Doktor di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta

    Yogyakarta – Lina telah berhasil mempertahankan disertasinya untuk meraih gelar doktor di Universitas Negeri Yogyakarta pada Kamis (20/1/2022). Ujian yang diselenggarakan secara daring tersebut telah diuji oleh 4 guru besar dan 2 penguji lainnya, di antaranya adalah Prof. Dr. Margana, M.Hum., MA., Prof. Dr. Heri Retnawati, M.Pd., Prof. Dr. Badrun Kartowagiran, M.Pd., dan Prof. Dr. Yetti Supriyati Saefudin, M.Pd.  

    Ujian tersebut dihadiri lebih kurang 60 peserta yang digelar secara terbuka. Adapun judul disertasi yang diujikan adalah “Penilaian Perkembangan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa SMA/MA Provinsi DIY dengan Penyetaraan Vertikal Metode Mean & Mean.”

    Lina yang sekaligus menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ An-Nur tersebut mengatakan bahwa “Semoga disertasi ini bisa mengembangkan riset yang sudah dilakukan dengan riset lanjutan, sehingga produk yang dihasilkan bisa dimanfaatkan secara lebih luas,” kata Lina.

    “Semoga (gelar ini) bisa membuat institusi (IIQ An-Nur) lebih berkembang lebih baik dengan kompetensi yang saya miliki,” pungkasnya.

    Dari ujian terbuka ini, Lina meraih predikat sangat memuaskan dan kepadanya berhak menyematkan gelar Doktor sesuai dengan bidangnya, yaitu Doktor Bidang Pendidikan.

  • Dua Dosen IIQ An-Nur Lolos sebagai Penerima Bantuan Riset Litapdimas 2022

    Dua Dosen IIQ An-Nur Lolos sebagai Penerima Bantuan Riset Litapdimas 2022

    Yogyakarta – Dua dosen fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IIQ An-Nur berhasil lolos seleksi sebagai penerima bantuan Litapdimas Tahun Anggaran 2022.

    Dua dosen tersebut adalah Muhammad Arif Kurniawan yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan Braham Maya Baratullah dosen tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

    Dekan FEBI lolos risetnya dengan proposal berjudul Pesantrenpreneur dan Sosiopreneur sebagai Alternatif Gerakan Moderasi Ekonomi Pascapandemi di Dua Pondok Pesantren Yogyakarta. Sedangkan Braham Maya lolos sebagai anggota peneliti pada proposal yang berjudul Pengembangan Model Pesantren Berbasis Properti (Studi Kasus di Pesantren Properti Ploso Desa Bangunjiwo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo 2022.

  • LPPM Salurkan Penggalangan Dana untuk Korban Semeru ke BAZNAS DIY

    LPPM Salurkan Penggalangan Dana untuk Korban Semeru ke BAZNAS DIY

    Yogyakarta – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IIQ An-Nur menyalurkan hasil penggalangan dana untuk musibah Semeru ke Baznas Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penggalangan dana dimulai sejak dua 6 Desember 2021 s.d. 16 Desember 2021. Penggalangan dana tersebut berhasil mengumpulkan uang 11.284.000.

    Hari ini (24/12) Tim relawan dan LPPM menyalurkan dana tersebut ke Baznas Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran dana tersebut rencananya akan dikirimkan ke Pemerintah Kabupaten Lumajang Jawa Timur oleh Baznas DIY. “Kami akan menyalurkan ini secara langsung pada akhir bulan ini” ucap Dedy salah satu pegawai Baznas Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Ketua LPPM, Khoirul Imam mengharapkan bahwa kerja sama dengan BAZNAS tidak hanya dalam penyaluran dana, tetapi juga program-program strategis lainnya yang bersifat saling menguntungkan antara IIQ An-Nur dan BAZNAS Daerah Istimewa Yogyakarta.

  • Mengukuhkan Kerja Sama Regional, IIQ An-Nur dan UAD Tandatangani MoU

    Mengukuhkan Kerja Sama Regional, IIQ An-Nur dan UAD Tandatangani MoU

    Yogyakarta – Institut Ilmu Al-Qur’an An-Nur (IIQ An-Nur) Yogyakarta melakukan kunjungan di kampus UAD Fakyltas Agama Islam pada hari Kamis (23/12/2021). Kunjungan ini dalam rangka mempererat hubungan, sekaligus studi banding pengelolaan fakultas & jurusan serta kesepakatan berbagai kerjasama.

    Pertemuan yang berlangsung di ruang pertemuan FAI Kampus 4 UAD Yogyakarta tersebut, disambut dengan hangat oleh pihak FAI UAD. Dr. Nur Kholis selaku Dekan FAI memberikan sambutan selamat datang kepada pihak IIQ An-Nur yang secara regional masih sama berada di Yogyakarta. Selain Dekan, hadir pula Wakil Dekan, Pimpinan dari seluruh program studi, serta Humas Fakultas Agama Islam UAD.

    Rektor IIQ An-Nur Yogyakarta Bapak Dr. Ahmad Sihabul Millah, MA yang didampingi oleh Wakil Rektor III perwakilan Bidang Humas IIQ An-Nur Bapak Braham Maya Baratullah, M.Si.

    Sambutan dilanjutkan oleh Rektor IIQ An-Nur Yogyakarta, Bapak Dr. Ahmad Sihabul Millah, MA. Beliau menyatakan harapan bahwa pada waktu-waktu yang akan datang dapat belajar serta bekerja sama dengan FAI UAD terutama dalam hal akreditasi.

    Kunjungan IIQ An-Nur Yogyakarta ke FAI UAD sekaligus mengukuhkan kerjasama dengan ditekennya penandatangan MoU oleh kedua pihak.

  • Fakultas Ushuluddin Gelar Seminar Nasional Bahas Kekerasan Seksual

    Fakultas Ushuluddin Gelar Seminar Nasional Bahas Kekerasan Seksual

    Yogyakarta – Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Quran (IIQ) Annur menggelar seminar nasional bertajuk Menyikapi Isu Kekerasan Seksual Berdasarkan Al-Quran dan Hadis pada Kamis (9/12).

    Menurut panitia penyelenggara Yudi seminar ini diadakan sebagai respons terhadap kasus kekerasan seksual pada perempuan yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam tiga tahun belakangan di Indonesia.

    “Saya kira, respons dari kalangan akademik juga diperlukan untuk kasus ini,” katanya pada redaksi dalam diskusi yang diadakan di auditorium utama IIQ dengan protokol kesehatan yang ketat ini.

    Acara yang dipandu oleh Istiqomah tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Prodi Ilmu Hadis (Kaprodi Ilha) Fakultas Ushuluddin Arif Nuh Safri dan selebgram yang cukup dikenal di kalangan mahasiswi IIQ Annur Syarifah Rabiatul Adawiyah.  

    Arif, sapaan akrabnya, menyampaikan banyak hal dan analisis terkait peningkatan kekerasan seksual di Indonesia, aktornya, dan irisannya dengan teks agama.

    Menurut Arif, dalam kasus Novia Widyasari (NWR) misalnya, semua orang di sekitar NWR layak disalahkan. Sebab mereka gagal menjadi pendengar yang baik untuk NWR, hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di makam sang ayah.

    Arif menyampaikan dua (2) hal tentang pandangannya tersebut. Pertama, NWR memilih makam sebagai tempat mengakhiri hidup tentu bukan tanpa sebab.

    “Itu adalah simbol. Simbol kuat!” tegas Arif.

    Simbol yang dimaksud Arif adalah bagaimana NWR memilih makam karena rupanya yang paling bisa mendengar keluh kesahnya dengan tanpa menghakimi adalah makam, bukan ibunya, temannya, kampusnya, apalagi keluarga pasangannya.

    Kedua, dengan mengutip satu hadis, Arif menyinggung soal dosa sosial.

    Istilah ini merujuk pada keengganan seseorang untuk peduli pada orang di sekitarnya, termasuk untuk mendengar curahan hati temannya yang sedang dirundung masalah.

    Bagi Arif, dilihat dari perspektif ini, siapa pun layak disalahkan ketika korban kekerasan seksual meningkat.

    Sebab mereka enggan untuk menjadi pendengar yang baik. Alih-alih begitu, tegas Arif, mereka justru memilih untuk menghakimi.

    “Itu terjadi secara tanpa sadar. Kenapa? Karena relasi kuasa kita di Indonesia timpang. Nuansanya masih patriarki. Akibatnya, bawah sadar kebanyakan kita selalu merendahkan perempuan entah sebagai pemuas nafsu belaka atau seonggok benda tak berperasaan,” jelasnya geram.

    “Jadi, saya harap, ketika ada yang cerita ke kita, tolong jangan dihakimi. Dengarkan dengan baik dan beri saran ketika diminta,” imbuhnya.

    Tidak berbeda dengan Arif, Rabiatul Adawiyah juga mengatakan bahwa dukungan kepada korban kekerasan seksual sangat dibutuhkan.

    Menurut Yaya, sapaan akrabnya, bahkan ketika ada teman cerita bahwa dirinya ingin bunuh diri karena suatu masalah, maka siapa saja tidak boleh menganggapnya bercanda.

    “Iya jangan. Kata dosenku, ketika ada teman kita bilang demikian, itu bukan candaan, itu benaran. Jadi, jangan malah kita candain,” kata perempuan yang sedang menempuh studi S1 di Universitas Mercu Buana ini.

    Perlu diketahui, acara yang ditayangkan pula secara langsung via kanal Youtube iiq annur yogyakarta ini dihadiri oleh sekitar 200 peserta.(zv)  

    [learn_press_profile]

  • Ingin Meneladani Dosen, Dema Tarbiyah Adakan Bedah Karya Ilmiah

    Ingin Meneladani Dosen, Dema Tarbiyah Adakan Bedah Karya Ilmiah

    Jum’at, 12 November 2021 Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta untuk pertama kalinya menyelenggarakan kajian Bedah Karya yang bertempat di ruang auditorium. Kajian yang berlangsung pukul 15.30-17.00 tersebut diikuti oleh sekitar 20 mahasiswa Fakultas Tarbiyah, dengan dipandu oleh Vina Rezki Ningrum sebagai moderator.

    Dalam pengantarnya, Vina menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan program rutin dari divisi kajian DEMA Fakultas Tarbiyah yang ditujukan untuk membedah karya jurnal dari beberapa dosen IIQ An Nur, sehingga harapannya mahasiswa dapat meneladani para dosen dan ikut mneghasilkan karya-karya ilmiah.

    “Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah, kami dari Dewan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah berharap dapat mengetahui perkembangan jurnal IIQ An Nur, sehingga nantinya kami dari mahasiswa sendiri bisa meneladani para dosen yang sudah berkiprah dalam dunia kepenulisan.”, jelas Vina.

    “… lalu, harapan kami juga, semoga mahasiswa” terutama dari fakultas tarbiyah nanti bisa menghasilkan karya-karya tersebut dan nantinya bisa  mengharumkan almamater IIQ An Nur.”, tambahnya.

    Pada kajian perdana kali ini, hadir narasumber yang merupakan dosen sekaligus wakil Rektor I IIQ An Nur, Dr H. Munjahid, M.Ag, untuk membedah langsung jurnal yang berjudul “Kebijakan Khalifah Al Ma’mun dan Implikasinya terhadap Kemajuan Ilmu Pengetahuan”.

    Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa jurnal tersebut beliau tulis karena terinspirasi oleh prestasi Khalifah Al Ma’mun yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahannya. Sehingga, menurut beliau, umat Islam perlu melihat kembali bagaimana statregi yang diterapkan Khalifah Al Ma’mun untuk memajukan pendidikan, karena pendidikan merupakan kunci untuk memajukan sebuah negara.

    Wakil Rektor I tersebut juga menerangkan bahwa, di samping strategi dan kebijakan-kebijakannya yang luar biasa, kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai pada pemerintahan Khalifah Al Ma’mun, disebabkan karena latar belakang Khalifah Al Ma’mun sendiri yang merupakan ulama, intelektual, dan filosof. Hal itulah yang kemudian mendorong lahirnya ilmuwan-ilmuwan terkenal pada masa kekhalifahannya.

    “Khalifah Al Ma’mun itu jadinya ulama, intelektual, dan filosof, maka pemerintahannya, kekhalifahannya itu banyak menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat.” tutur beliau.

    Berkaitan dengan hal tersebut beliau menyampaikan bahwa latar belakang pendidikan seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakannya ketika memimpin.

    Oleh karena itu, ketika memilih pemimpin maka standar pendidikannya harus jelas, itu harga mati, tidak boleh ditawar tawar. Disamping nanti juga akhlaknya, tetapi standar pendidikan harus ditingkatkan. Karena itu, kalau, dia mengalami lika likunya orang menuntut ilmu, maka dia kan menghargai orang yang berilmu, tetap kalau dia nggak pernah mengalami hal itu maka dia akan menganggap remeh terhadap orang yang pinter.”, jelas beliau

    Lanjutnya, dari berbagai kebijakan pada masa pemerintahan Khalifah Al Ma’mun, setidaknya menurut beliau, terdapat 3 hal yang dapat dilakukan bangsa Indonesia untuk memajukan pendidikan ke depan, di antaranya dengan meningkatkan standar pendidikan pemimpin negara, mengutamakan anggaran negara untuk kepentingan pendidikan, serta memberikan pendidikan gratis terutama di sekolah-sekolah negeri.

    Penulis Mutiatul Chasanah
    Penyunting Qowim Musthofa

  • LSIQH Fakultas Ushuludin Bentuk Kelompok Diskusi Bahasa dan Kitab Kuning

    LSIQH Fakultas Ushuludin Bentuk Kelompok Diskusi Bahasa dan Kitab Kuning

    Yogyakarta – Lingkar Studi Ilmu Quran dan Hadis (LSIQH) Institut Ilmu Quran (IIQ) An-Nur membentuk kelompok diskusi bahasa dan kitab kuning guna menunjang potensi mahasiswa.

    Menurut Pembimbing LSIQH Avi Laila Kholili, setiap mahasiswa pasti memiliki potensi yang perlu dipetakan dan dikembangkan.

    Untuk itu, dibentuklah kelompok diskusi tersebut. “Jika tidak diwadahi, eman sekali dan akan terbuang sia-sia potensi teman-teman,” kata Avi pada redaksi, Jumat (12/11).

    Kelompok diskusi ini ada tiga (3) model: kelompok diskusi Bahasa Inggris, kelompok diskusi Bahasa Arab, dan kelompok diskusi baca kitab kuning.

    Kelompok diskusi yang pertama dimulai pada Sabtu (13/11), bertempat di aula lantai 3 IIQ An-Nur.  

    Dosen Fakultas Ushuluddin IIQ An-Nur Muhammad Saifullah mendapat amanah sebagai pendampingya.

    Dalam diskusi perdana tersebut, Saifullah memaparkan tiga (3) hal terkait belajar Bahasa Inggris.

    Pertama, belajar bahasa harus berani salah. “Dalam belajar apa saja, khususnya bahasa, kita harus berani salah!” ungkapnya.

    Pasalnya, lanjut Saifullah, seseorang tidak akan memulai apa pun ketika tidak berani salah.

    Kedua, belajar bahasa adalah tentang praktik. Bahasa adalah pembiasaan.

    “Jika ingin cepat belajar bahasa, baik Inggris atau pun Arab, maka cukup mempraktikkannya setiap hari,” tuturnya dalam diskusi yang dihadiri oleh sepuluh (10) mahasiswa lintas-semester ini.

    Ketiga, agar mudah mempraktikkan bahasa, seseorang perlu melakukan apa itu yang Saifullah sebut sebagai senam mulut.

    Waktu yang paling pas untuk senam mulut, tegasnya, adalah di pagi hari.

    Ini penting untuk melemaskan otot di mulut, sehingga ketika mengucapkan kalimat Bahasa Inggris menjadi lebih ringan.

    “Tapi begini, ukuran berhasil tidaknya kita melakukan senam mulut adalah jelek. Semakin jelek ekspresi muka kita, semakin kita mendekati berhasil,” jelas Saifullah.

    Sementara itu, Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ An-Nur Muhammad Ikhsanuddin memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara perdana tersebut.

    “Alhamdulillah, LSIQH mulai bergeliat lagi. Terima kasih atas semua pihak yang telah membantu. Insya Allah akan disusul segara belajar cepat membaca kitab kuning,” ungkapnya pada redaksi via WhatsApp.

    Perlu diketahui, skema kelompok diskusi ini diadakan secara gantian.

    Minggu pertama diisi materi Bahasa Inggris. Minggu kedua Bahasa Arab. Minggu ketiga Membaca Kitab Kuning dan begitu seterusnya. (zv)

    Penyunting Qowim Musthofa

  • DEMA Tarbiyah Adakan Workshop Karya Tulis Ilmiah

    DEMA Tarbiyah Adakan Workshop Karya Tulis Ilmiah

    Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan workshop karya tulis ilmiah dengan menghadirkan narasumber Qowim Mustofa salah satu dosen IIQ An Nur yang aktif dalam dunia kepenulisan.

    Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Selasa, 2 November 2021 dan bertempat di ruang auditorium IIQ An Nur. Workshop yang bertemakan “Mewujudkan Mahasiswa yang Berkualitas, Produktif, dan Terampil dalam Dunia Kepenulisan” tersebut diikuti sebanyak 80 orang peserta, dengan didominasi oleh mahasiswa Fakultas Tarbiyah serta beberapa mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI).

    Adapun tujuan diselenggarakannya kegiatan workshop tersebut adalah untuk memberikan wawasan kepada para mahasiswa, terutama mahasiswa semester satu, terkait penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaikan oleh Vina Rezki Ningrum, selaku ketua panitia. Ia berharap, dengan adanya workshop kali ini dapat menjadi bekal bagi para mahasiswa untuk lebih maksimal dalam menulis karya ilmiah, minimal dalam hal penulisan makalah.

    Dalam sambutannya, ketua DEMA Fakultas Tarbiyah, Faisal Dzulfahmi menambahkan bahwa akan ada rencana tindak lanjut setelah terselenggaranya workshop tersebut. Ia menyampaikan bahwa ke depannya mahasiswa yang mempunyai minat dalam bidang kepenulisan, akan diberikan wadah untuk mengembangkan kemampuannya. “Jadi, setelah ini, tidak selesai dan tidak cukup hanya sampai di program ini saja, tapi akan ada tindak lanjut dan juga akan ada pendampingan yang lebih dalam”, begitu paparnya. 

    Berkenaan dengan hal tersebut, Zainal Fanani selaku Presiden Mahasiswa IIQ An Nur juga menekankan bahwa penting bagi mahasiswa untuk mulai meningkatkan personal branding, yaitu dengan belajar hal-hal baru, salah satunya dengan terjun di bidang kepenulisan. Menurutnya, dengan mempunyai personal branding dan kemampuan untuk bergerak dalam bidang yang ditekuni, maka hal tersebut dapat membawa pada perubahan besar dalam diri mahasiswa dan nantinya akan berpengaruh di masa depan.

    Dr. Lina, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, turut menyampaikan apresiasi dan menyambut baik atas terselenggaranya  workshop karya tulis ilmiah ini. “Saya sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah sangat menyambut baik kegiatan ini, menulis adalah suatu keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh semua orang termasuk anda sebagai mahasiswa”, jelas beliau.

    Dalam sambutannya, beliau juga menyampaikan bahwa pihak fakultas akan sangat mendukung baik kegiatan semacam ini, karena dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Selain itu, beliau juga mendorong para mahasiswa untuk dapat berkompetisi dalam kegiatan tulis menulis, sehingga nantinya akan menjadi sebuah prestasi yang memberikan nilai lebih bagi mahasiswa. 

    Dalam workshop karya tulis ilmiah ini, narasumber Qowim Mustofa memberikan banyak pemaparan terkait materi kepenulisan, mulai dari langkah-langkah membuat karya tulis ilmiah yang baik dan benar, hingga tips-tips untuk dapat mengatasi kesulitan dalam menulis. Menurutnya, menulis bukan hanya sekedar membuat tulisan saja, namun lebih kepada bagaimana seseorang dapat menuangkan gagasannya. “Menulis itu lebih kepada kita menuangkan gagasan”, ujar beliau.

    Selain itu, beliau juga menyampaikan keterkaitan antara menulis dan membaca. Menurut beliau, aktivitas membaca  dan menulis harus menjadi sebuah rutinitas yang seimbang. “Jangan harap bisa menjadi penulis yang baik, kalau tidak mau menjadi pembaca yang baik”, papar beliau. 

    Pewarta : Afriani
    Penulis : Muti’atul Chasanah

  • Mengakomodasi Perkembangan Studi Quran dan Hadis, Fakultas Ushuluddin IIQ An-Nur Selenggarakan Seminar Internasional

    Mengakomodasi Perkembangan Studi Quran dan Hadis, Fakultas Ushuluddin IIQ An-Nur Selenggarakan Seminar Internasional

    Yogyakarta –  Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Quran (IIQ) An-Nur menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk Perkembangan Studi Al-Quran dan Sunnah Lintas-zaman: Kajian Komparatif antara Indonesia dan Libya, Kamis (21/10).

    Seperti disampaikan Dekan Fakultas Ushuluddin Muhammad Ikhsanuddin, seminar ini berkaitan erat dengan upaya untuk mengakomodasi perkembangan studi Al-Quran dan Hadis dewasa dalam skala Internasional.

    “Selain itu, harapannya nanti teman-teman mahasiswa juga bisa lebih kritis di sini dan soal isu ini,” kata Ikhsan dalam Bahasa Arab.

    Seminar ini dihadiri oleh pembicara dari dua negara, Indonesia dan Libya.

    Dari Indonesia ada Abdul Mustaqim dari UIN Sunan Kalijaga, Khoirun Niat dari IIQ Annur, dan Miftahul Hilmi Hidayatullah dari UAD Yogyakarta.

    Adapun dari Libya ada Salimah Husain, Dosen Kampus Syati’ Barik Libya.

    Dalam seminar yang dipandu oleh Khoirul Imam ini, Salimah menceritakan bagaimana perkembangan kajian Al-Quran di Libya.

    Pada masa awal, kata Salimah, kajian Al-Quran di Libya diselenggarakan yang ia sebut sebagai katatib.

    Katatib adalah bagian kecil dari masjid yang disediakan khusus untuk anak-anak mengkaji Al-Quran.

    Pada masa selanjutnya, katatib ini berkembang menjadi zawiyyah.

    Zawiyyah mirip dengan katatib, hanya saja di situ sudah ada guru-guru yang mengampu dan isu yang dikaji pun tidak hanya Al-Quran, tetapi juga sufi.

    “Dua model ini dulu banyak dijumpai di masjid-masjid dan di masa selanjutnya, mulai muncul sistem ma’had dan jami’ah,” kata Salimah.

    Potret ini berbeda dengan yang di Indonesia. Sebagaimana dijelaskan Abdul Mustaqim dan Khoirun Niat, titik pijak kajian Al-Quran di Indonesia adalah kediaman guru.

    Masa awal kajian Al-Quran di Nusantara dilakukan di kediaman guru-guru Al-Quran.

    Dalam perkembangannya, baru ada kajian Al-Quran dilakukan di langgar, masjid, pesantren, hingga universitas.

    “Awalnya di ndalem para kiai tempat ngajinya,” kata Mustaqim.

    Dalam seminar internasional  yang dihadiri oleh mahasiswa dan jajaran dosen Fakultas Ushuluddin baik melalui luring atau pun daring ini, Mustaqim juga memaparkan perkembangan metodologi tafsir di Nusantara sekaligus kecenderungannya masing-masing.

    Ada tujuh (7) kecenderungan (alwan) dalam tubuh tafsir Nusantara, kata Mustaqim. Antara lain: tafsir bercorak bahasa, fikih, sufi, falsafi, ilmi, sastra-sosial, dan gender.

    “Untuk tafsir awal di Nusantara, sebut saja Tarjuman Al-Mustafid karya Abdur Rauf Al-Sinkili, coraknya lebih ke sufi-fikih,” ungkap Mustaqim.

    Sementara itu, Hilmi lebih pada diskusi seputar bagaimana memperbarui relasi antara naql dan aql dalam memahami Al-Quran di era digital ini.

    Penulis Ipung
    Penyunting Qowim Musthofa

  • Peringatan Maulid Nabi Saw dan Hari Santri Nasional Fak. Ushuludin Mengadakan Simaan Al-Quran

    Peringatan Maulid Nabi Saw dan Hari Santri Nasional Fak. Ushuludin Mengadakan Simaan Al-Quran

    Rabu, 20 Oktober 2021, mahasiswa Fakultas Ushuluddin melaksanakan sima’an Al-Qur’an 30 juz bil hifdzi, mujahadah pembacaan sholawat jibril dan tahlil. Acara ini digerakkan oleh DEMA Fakultas Ushuludin & Lingkar Studi Ilmu Quran dan Hadis (LSIQH) IIQ An Nur Yogyakarta.

    Acara ini dibuka dengan sambutan yang disampaikan oleh KH. Ikhsanuddin, MSI selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi kegiatan tersebut. Berharap kegiatan seperti ini  akan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin utamanya untuk mahasiswa yang ikut program tahfidz.

    Karena kegiatan sima’an Al-Qur’an seperti ini sangat membantu mahasiswa yang sedang menghafalkan Al-Qur’an dan sudah selesai menghafalkan dalam menjaga hafalannya.

    “Menghafalkan Al-Qur’an adalah fardu kifayah dan jika sudah menghafalkan Al-Qur’an maka hukum menjaga hafalannya adalah wajib. Maka, salah satu bentuk menjaga hafalan tersebut adalah dengan melakukan sima’an seperti ini”, sebut beliau dalam sambutan itu. 

    Setelah dekan fakultas Ushuluddin membuka acara sima’an dan mujahadah, segenap mahasiswa Ushuluddin memulai pembacaan sima’an yang sudah dibagi sebelum acara dimulai.

    Kegiatan sima’an dibagi menjadi tiga majelis, majelis I yaitu juz 1-10 di lobby depan kampus IIQ An Nur, majelis II  yaitu juz 11-20 di lobby lantai 2 kampus IIQ An Nur,  dan majelis III yaitu juz 21-30 di ruang auditorium.

    Simaan Al-Quran Fakultas Ushludin IIQ An Nur

    Adapun sholawat jibril yang diperoleh sebanyak 5500 sholawat melebihi dari target panitia yaitu 3000 sholawat. Pembacaan sholawat jibril tidak seluruhnya dilakukan di kampus, melainkan sebagian mahasiswa yang keberadaannya masih di luar Jogja membaca di kediaman masing-masing. Karena dengan demikian, seluruh mahasiswa Fakultas Ushuluddin baik yang ikut kuliah luring maupun daring turut berpartisipasi dalam acara ini.

    Pembacaan juz sima’an Al-Qur’an  yang sudah dibagi menjadi tiga majelis ini dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dan selesai pukul 15.30 yang ditutup dengan tahlil serta do’a takhtim oleh Qowim Musthofa, M.Hum salah satu dosen IIQ An Nur dan diikuti oleh seluruh mahasiswa Fakultas Ushuluddin.

    Pewarta Nera Afriyanti
    Penulis Nera Afriyanti
    Penyunting Qowim Musthofa

  • KH. Muslim Nawawi Sampaikan Strategi Menghafal Al-Qur’an di IIQ An Nur

    KH. Muslim Nawawi Sampaikan Strategi Menghafal Al-Qur’an di IIQ An Nur

    Senin, 18 Oktober 2021, KH Muslim Nawawi memberikan materi Kuliah Umum Tahfidz kepada mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta. Dengan bertajuk “Strategi Sukses Menghafal Al Qur’an”, harapannya kuliah umum ini bisa memberikan wawasan kepada para mahasiswa terkait pentingnya menghafal Al Qur’an.

    Adapun acara diselenggarakan di ruang auditorium dengan dihadiri oleh Rektor IIQ An Nur Dr. Shihabul Millah, MA., Wakil Rektor III Dr. Khoirun Niat, M.A, selaku moderator, serta jajaran dosen dan segenap mahasiswa. Kuliah umum ini diselenggarakan di luar jaringan (luring) sekaligus dalam jaringan (daring). Hal itu dilakukan agar mahasiswa yang masih berada di rumah masing-masing juga dapat mengikuti dan mendapatkan ilmu dalam kuliah umum tersebut.

    Dalam sambutannya, Dr. Shihabul Millah, MA. memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. Menurut beliau, kuliah umum tahfidz ini menjadi agenda penting, mengingat bahwa keberadaan kampus IIQ An Nur tidak bisa lepas dari lembaga Pondok Pesantren An Nur yang mempunyai basic tahfidzul qur’an. Beliau juga mengucapkan banyak terima kasih kepada KH. Muslim Nawawi selaku pengasuh Pondok Pesantren An Nur yang berkenan menjadi narasumber dalam kuliah umum tahfidz tersebut. 

    Terkait tema yang diangkat, KH Muslim Nawawi banyak memaparkan materi mengahafal strategi menghafal Alqur’an dan kiat-kiat dalam menjaga hafalan. Beliau juga memberikan pesan kepada para mahasiswa agar tidak menyalahartikan keberadaan mata kuliah tahfidz yang ada di kampus sebagai beban. Akan tetapi, mata kuliah tahfidz ini justru harus dijadikan semangat, karena tahfidz inilah yang akan memberikan nilai keberkahan terhadap ilmu-ilmu yang lain, bahkan kelak menjadi bekal bagi kehidupan akhirat.

    Beliau menekankan bahwa untuk bisa menghafal Alqur’an, seseorang tidak harus mempunyai kemampuan lebih, akan tetapi yang harus dimiliki adalah kemauan yang besar. 

    “Untuk menghafalkan Alqur’an itu tidak dibutuhkan kemampuan yang lebih, tapi yang dibutuhkan adalah kemauan yang lebih”, papar beliau. 

    Beliau menambahkan bahwa, setelah mempunyai kemauan lebih, maka yang harus dilakukan adalah melaksanakan kemauan untuk menghafai tersebut dengan sepenuh hati. Beliau menambahkan;

    ”Kalau sudah ada kemauan yang lebih, maka harus dilaksanakan dengan sepenuh hati. Kalau setengah hati, dijamin sampeyan akan menjumpai kesulitan setengah mati”

    Di sela-sela pemaparan materi, KH. Muslim Nawawi juga mengajak para mahasiswa untuk mempraktikkan secara langsung kiat-kiat dalam mengatasi kesulitan ketika menghafal Alqur’an. Selain itu, beliau berpesan agar kesulitan yang dialami dalam menghafal harus dipandang sebagai kemudahan.

    “Pandanglah ayat-ayat yang sama jangan sebagai kesulitan tapi justru sebagai kemudahan”, begitu pesan beliau. Selanjutnya acara ditutup dengan doa yang dipimpin langsung oleh beliau. 

    Pewarta Muti’atul Chasanah
    Penulis Muti’atul Chasanah
    Penyunting Qowim Musthofa