Category: Berita

  • KTI Budayakan Mahasiswa untuk Menulis

    KTI Budayakan Mahasiswa untuk Menulis

    DEMA Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur menyelenggarakan program Karya Tulis Ilmiah (KTI). Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk upaya mahasiswa untuk membudayakan literasi di lingkungan kampus.

    KTI merupakan salah satu wadah untuk melatih mahasiswa terutama dalam hal menulis berita, artikel, maupun resensi, di samping karangan bebas yang lebih sering ditulis mahasiswa.

    Qowim Mushofa, M. Hum, selaku pembimbing menyampaikan bahwa dalam menulis hendaknya tidak tergesa-gesa. Karena menulis adalah bentuk dari kristalisasi keilmuan yang dimiliki seseorang.

    “Nulis itu sudah kristalisasi keilmuan,” jelas Qowim (22/12/2018), di ruang tamu IIQ An Nur.

    Qowim juga mengingatkan 8 peserta KTI yang hadir untuk selalu membaca setiap hari agar mudah dalam menulis. Sebagai contoh jika ingin menulis artikel, para peserta harus membaca minimal 3 artikel setiap harinya di samping membaca buku bacaan.

    Beliau juga membagi tips agar tetap semangat menulis, baik ketika sedang merasa jenuh maupun saat tidak ada ide yang harus dituliskan.  Untuk mengatasi hal itu yakni dengan cara melakukan kegiatan sederhana, seperti menyapu, menata buku, dan kegiatan sederhana lainnya yang sering dilakukan setiap hari. Setelah itu, baru mulai menuliskan kembali apa yang sebelumnya hendak ditulis.

  • IIQ AN NUR GELAR REUNI AKBAR PERDANA

    IIQ AN NUR GELAR REUNI AKBAR PERDANA

    Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta untuk pertama kalinya menyelenggarakan Reuni Akbar. Kegiatan ini digelar bertepatan dengan diadakannya Silatnas Alumni An Nur.

    Reuni Akbar ini digelar di Auditorium IIQ An Nur pada Selasa, 20/11/2018. Sejumlah 96 hadirin tampak antusias dalam memeriahkan acara tersebut.

    Erwansyah Riyadi, M. Sc., selaku Ketua Panitia menyampaikan harapan dari diselenggarakannya kegiatan ini.

    “Prinsipnya satu, saya harap pasca ini teman-teman yang hadir di sini, (para) alumni IIQ dan STIQ langsung gabung ke acara Silatnas,” ujar Erwansyah.

    Erwansyah menambahkan jika setelah acara Reuni Akbar, para alumni turut memeriahkan acara Silatnas Alumni An Nur. Sehingga antara alumni IIQ An Nur dan alumni Pondok Pesantren An Nur akan sama-sama klop dalam melanjutkan perjuangan.

    Selanjutnya, Drs. H. Atmaturidha, M.Pd, selaku Waka II menyampaikan pesan dari Rektor IIQ An Nur, yakni KH. Heri Kuswanto, M. Si., yang saat itu berhalangan hadir.

    “(Pesannya yaitu agar) dibentuk kepengurusan alumni. Kemudian masing-masing wilayah ada yang menghendel. (Kepengurusan ini) nanti(nya) untuk membangun jaringan (dan) untuk meneruskan perjuangan supaya tali silaturahmi kita tetap menyambung dan masing-masing wilayah dalam perjuangan itu (dapat) memberikan informasi secara berkelanjutan, sehingga semangat kekuatan akan menyatu dan membara ke mana-mana,” ujar Atma.

    Beliau menambahkan, seperti itulah cita-cita Almaghfurlah KH Nawawi Abdul Aziz, yang mana karena perjuangan beliau semua alumni turut menjadi satu bagian dari mata rantai perjuangan tersebut. Pengabdian para alumni sangatlah diperlukan, karena umat Islam  era sekarang memerlukan orang-orang yang potensial, kreatif, produktif, dan memiliki semangat juang yang tinggi.

    Ketua Yayasan Al Ma’had An Nur menyampaikan dua pesan yang perlu selalu diingat oleh para alumni IIQ An Nur.

    “Yang pertama selalulah kalian senantiasa terus menerus menuntut ilmu,” kata KH. Yasin Nawawi.

    Beliau berpesan kepada para alumni untuk terus menerus menuntut ilmu di mana pun dan kapanpun ia berada. Karena dengan begitu maka ilmu akan bertambah, sehingga hati pun akan bertambah dewasa, semakin bijaksana, dan hatinya akan semakin dekat dengan Allah swt.

    “Maka teruslah menuntut ilmu, karena orang-orang yang berhenti menuntut ilmu berarti awal dari kebodohan,” papar KH. Yasin.

    “Yang kedua menjaga dan membangun tradisi-tradisi,” tambah KH. Yasin.

    Beliau menambahkan jika tradisi-tradisi yang dimaksud adalah tradisi-tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhur, para Kiai, dan para pejuang agama Islam. Dengan kata lain yakni selalu menjaga Islam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.

    Beliau juga memaparkan tentang tugas para alumni di era saat ini yaitu membangun benteng-benteng untuk menjaga eksistensi ajaran para guru yaitu tradisi-tradisi yang telah dibangun. Tugas selanjutnya adalah membuat terobosan dan inovasi baru agar tercipta kebaikan-kebaikan baru.

    “Karena barang siapa yang membuat kebaikan-kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala yang terus mengalir setelah tradisi, inovasi, kebaikan-kebaikan itu terus dilakukan oleh generasi-generasi setelah kita,” tambah beliau.

    Acara pembukaan tersebut ditutup dengan pembukaan acara Reuni Akbar secara resmi dan doa  yang dipimpin oleh KH. Yasin Nawawi. (Fitri)

  • Ade Kenalkan FoSSEI pada Peserta Diklat Ekonomi Islam

    Ade Kenalkan FoSSEI pada Peserta Diklat Ekonomi Islam

    Bantul, 11 November 2018 Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Nahdlotul Muqtasyid Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) mengadakan Diklat Ekonomi Islam dengan pembicara Dede Irawan Sunardi selaku Koordinator FoSSEI Regional Yogyakarta. Dede Irawan Sunardi atau yang sering disapa Ade memaparkan salah satu materi yakni tentang awal berdirinya FoSSEI.
    “Pada tanggal 11-13 MEI 2000 diadakan Kongres Kelompok Studi Islam (KoKaSEI) pertama di Universitas Diponegoro Semarang, bertempatan di Balai Latihan Koperasi (BALATKOP Semarang),” jelas Ade di Auditorium IIQ An Nur.

    “Pertemuan ini dihadiri oleh 70 Universitas yang ada di Indonesia dan berdasarkan aspirasi peserta nama KoKaSEI diganti menjadi Munas KSEI (Musyawarah Nasional Kelompok Studi Ekonomi Islam) dan hasil Munas KSEI menghasilkan kesepakatan dan dideklarasikannya wadah bersama bernama FoSSEI (Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam) pada tangal 13 MEI 2000 dan juga dihasilkan badan pekerja untuk menyelengarakan Munas FoSSEI,” ujarnya lagi dihadapan 18 peserta diklat.
    “FoSSEI bukanlah organisasi tersendiri di atas KSEI, namun adalah wadah yang menghimpun semua KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) se-Indonesia, agar pergerakan ekonomi Islam dapat berjalan dengan sejalan dan satu visi dan KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) merupakan istilah terhadap komunitas kajian ekonomi Syariah yang tergabung dalam FoSSEI,” ujarnya kembali.
    Ade juga menambahkan tujuan dan fungsi dari dibentuknya FoSSEI.
    “FoSSEI sendiri memiliki tujuan terwujudnya wahana aktualisasi diri secara kolektif sebagai wujud peranan mahasiswa dalam pengembangan wacana ekonomi Islam dalam tataran teori dan aplikasi dan agar tercapainya komunitas yang efektif antar mahasiswa yang peduli dalam pengembangan dan pengkajian ekonomi Islam,” kata Ade.
    “Fungsi dari FoSSEI itu sebagai komunikasi dan silahturahim antar Kelompok Studi Ekonomi Islam dan sebagai wahana pengabdian kepada agama, bangsa dan negara,” tandasnya. (Mualimin)

  • KSEI NASYID GELAR DIKLAT EKONOMI ISLAM

    KSEI NASYID GELAR DIKLAT EKONOMI ISLAM

    Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Nahdhotul Muqtashid IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan Diklat Ekonomi Islam. Tema yang diusung kali ini adalah “Membentuk Kader Ekonom Qurani yang Intelek dan Tanggap Sosial.”
    Dihadapan 18 peserta diklat, Braham Maya Baratullah, M S.I., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) menyampaikan sambutannya. Ia mengatakan bahwa adanya kegiatan-kegiatan di dalam FEBI IIQ An Nur bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi Islam.
    Menurut beliau kegiatan diklat ini untuk menguatkan mahasiswa FEBI untuk memperdalam keilmuan khususnya tentang Ekonomi Bisnis Islam. Ini sejalan dengan visi FEBI.
    “Visinya (adalah) unggul dan inovatif dalam kajian ekonomi dan bisnis Islam serta peradaban industri yang berbasis nilai-nilai Alquran dan kepesantrenan,” ujar Braham, di Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta (11/11/2018).
    Beliau memaparkan tentang visi tersebut yang mana mahasiswa FEBI harus unggul dan inovatif dalam kajian ekonomi dan bisnis Islam.
    “Sehingga nanti adanya praktik-praktik di dalam mahasiswa baik seminar, diklat, kewirausahaan, (dan) perbankan itu, (mahasiswa) harus menemukan hal-hal baru, bukan hanya sekedar kreatif,” ujar Braham.
    “Inovasi ini adalah menemukan hal-hal kajian ilmiah yang itu bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, khususnya dalam keilmuan ekonomi bisnis Islam,” tambahnya.
    Tidak hanya itu, beliau menambahkan bahwa mahasiswa FEBI tidak dapat terlepas dari peradaban industri. Karena pada dasarnya perubahan-perubahan industri pasti terjadi dan tidak dapat ditolak.
    Braham menambahkan bahwa Industri Ekonomi Islam saat ini berkembang dengan pesat. Sehingga, sesuai dengan visi yang telah disebutkan, FEBI ingin membangun peradaban industri yang berbasis nilai-nilai Alquran dan kepesantrenan. Nilai-nilai Alquran ini sudah menjadi dasar dari lahirnya IIQ An Nur, di samping itu peradaban dan akhlak pesantren pun telah lebih dulu ditanamkan.
    Sehingga, Beliau menyimpulkan bahwa Yayasan al-Mahad An Nur adalah pesantren yang memiliki kampus, bukan kampus yang memiliki pesantren. Dengan kata lain, akhlaklah yang terlebih dahulu ditanamkan dalam diri mahasiswa, baru kemudian mengembangkan keilmuannya.
    Acara tersebut juga dihadiri oleh Ketua DEMA IIQ An-Nur serta 2 delegasi dari masing-masing banom Harokati dan Korda.
    Acara tersebut ditutup dengan pembukaan acara diklat secara resmi oleh Dekan FEBI, yang mana kegiatan diklat ini akan berlangsung selama 2 hari yaitu pada Minggu tanggal 11 dan 18 November 2018. (Fitri)

  • FAKULTAS TARBIYAH IIQ AN NUR GELAR STUDIUM GENERAL

    FAKULTAS TARBIYAH IIQ AN NUR GELAR STUDIUM GENERAL

    Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur mengadakan Studium General dengan tema “Peluang dan Tantangan Alumni Fakultas Tarbiyah pada Era Globalisasi.” Narasumber yang hadir kali ini yakni Nadhif, MSI, selaku Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag DIY dan Ali Mustaqim, M.Pd.I. selaku Ketua Prodi PAI Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur.
    Kegiatan Studium General ini merupakan agenda tahunan yang wajib diikuti oleh mahasiswa baru. Bertempat di Auditorium IIQ An Nur, Dr. H. Munjahid, M. Ag menyampaikan sambutannya di hadapan 70 mahasiswa baru.


    “Dalam kondisi era-era saat ini, bahwasannya mahasiswa Fakultas Tarbiyah itu dididik tujuannya untuk menjadi guru yang profesional,” papar Dr. H. Munjahid, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah (7/11/2018).
    Dr. Munjahid menambahkan bahwa persaingan guru PAI saat ini sangatlah ketat. Ini karena di era saat ini banyak sekali sarjana-sarjana lulusan dari Fakultas Tarbiyah. Selain itu, sarjana lulusan dari fakultas lain juga banyak yang berprofesi menjadi guru.
    Dr. Munjahid berharap agar dengan mengikuti kegiatan ini, para mahasiswa semakin mantap dalam melanjukan studinya sehingga menjadi sarjana yang berkualitas.
    “Kemudian mahasiswa semakin mantap untuk kuliah di sini, juga mereka selesai dengan kualitas yang baik,” tambahnya. (fitri)

  • KADER PMII MENGUKIR PRESTASI

    KADER PMII MENGUKIR PRESTASI

    Menjadi aktifis belum tentu selalu menghambat prestasi para kader PMII. Aktif berorganisasi justru menjadi semangat bagi mereka untuk lebih berprestasi. Inilah wisudawan-wisudawati kader Komisariat PMII IIQ An Nur Yogyakarta yang berhasil meraih predikat cumlaude. Mereka adalah Syamsul Basyar Mustofa, S.Pd dan Furqonia Yustiya Wati, S.Pd.

    Selain kader PMII, Basyar juga pernah menjabat sebagai Ketua Kelompok Study Tarbiyah periode 2016/2017. Setelah pergantian pengurus, Basyar kemudian menjabat sebagai Presiden Mahasiswa STIQ (sekarang IIQ) An Nur periode 2017/2018.

    Basyar mengungkapkan rasa syukurnya, “Alhamdulillah senang sekali dan merasa puas atas apa yang telah dicapai. Jadi, hasil belajar selama empat tahun itu serasa terbayar sudah”.

    Sebagai tambahan, Furqoni beranggapan bahwa semua wisudawan-wisudawati semuanya berprestasi. Buktinya mereka sudah menyelesaikan skripsi dan mengikuti serangkaian acara wisuda. Gelar cumlude hanyalah bonus baginya.

    Selaku wisudawan dan wisudawati tahun ini, Basyar memberikan pesan kepada mahasiswa dan kader PMII lainnya agar tetap semangat menuntut ilmu dan aktif berorganisasi.

    “Ya seimbang aja, kuliah lancar pergerakan lanjut terus. Jadilah mahasiswa militan. Ya intinya konsekuen dan tanggung jawab. Tetap semangat dan terus berproses,” tambah Basyar.

    “Kalian gak boleh malas. Kalian harus rajin. Intinya kalau sudah rajin kalian pasti pinter. Pinter gak harus dari rajin aja. Jangan malas, tetap semangat, selalu berdoa dan kegiatan juga harus diikuti,” ujar Furqonia.

    Furqonia menambahkan bahwa keaktifan menulis sejak sekarang sangat diperlukan. Karena dengan terbiasa menulis akan sangat memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Sehingga menulis skripsi tidak perlu menempuh waktu yang panjang.

    Setelah menyandang gelar Sarjana ini, Basyar berencana untuk pulang ke kampung halamannya di Kebumen dan mengabdi terlebih dahulu sebelum melanjutkan program studi S2.

    “Rencana lanjut S2 Insyaallah ada. Tapi belum langsung lanjut. Alhamdulillah sekarang sudah ada tugas pengabdian di SDN Jatimalang. Di sana ngajar pelajaran PAI.”

    Sama halnya dengan Basyar yang berencana mengabdi dan melanjutkan studi. Hanya saja Furqonia pulang ke kampung halamannya di Pulau Dewata (Bali). (Fitri, Harokati)

  • DR. MUNIR ULAS DINAMIKA KAJIAN AL-QURAN ANTARA TIMUR DAN BARAT

    DR. MUNIR ULAS DINAMIKA KAJIAN AL-QURAN ANTARA TIMUR DAN BARAT

    Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan kuliah umum dengan tema “Dinamika Kajian Al-Quran antara Timur dan Barat.” Pada kuliah umum kali ini, Fakultas Ushuluddin menghadirkan narasumber Dr. Phill. Munirul Ikhwan, Lc. MA. Acara tersebut dilaksanakan pada Kamis (25/10/2018) di Auditorium IIQ.

    Dr. Munir menjelaskan perkembangan para orientalis mengenai kajiannya terhadap Al-Quran. Menurutnya, orang-orang barat memiliki berbagai pendekatan terhadap kajian al-Quran. Pertama ialah kajian dengan cara memahami teks asli dari Al-Quran itu sendiri (makna asli teks). Kedua yakni dengan penafsiran dari para mufassir.

    Beliau menyimpulkan bahwa para orientalis lebih condong pada cara yang kedua. Hal ini karena mayoritas dari mereka melihat pada realitas. Jika mereka menggunakan cara dengan memahami makna teks asli untuk melakukan kajian, maka mereka perlu merekonstruksi ulang sejarah. Tentu saja ini sangatlah rumit, karena memerlukan banyak data yang valid.

    Tidak hanya itu, Dr. Munir juga menjelaskan terkait teori yang disuguhkan oleh para orientalis yang membuat kronologis Alquran terlihat seperti sirah nabawi. Kemudian muncul kajian Alquran terbaru di Barat istilah late antique yaitu masa di mana beragam teks antik ditafsirkan dan diubah sehingga manjadi tradisi baru dengan nafas Tauhid.

    “Late antique atau kalau kita terjemahkan zaman kuno akhir. Ini adalah masa di mana beragam tradisi dan teks antik karena sebelumnya, itu ditafsir ulang, diubah sehingga menjadi tradisi baru dengan nafas monogeistik (nafas tauhid). Jadi bisa agama, filsafat, sastra,” jelas Dr. Munir.

    Hal ini berbicara pada ranah Alquran yang memiliki tiga sifat. Pertama disebut pemain kreatif, maksudnya adalah menafsirkan ulang tradisi sastra dan keagamaan menjadi tradisi Islam. Kedua, dokumen pada zamannya. Ketiga Alquran dikontekstualisasikan, artinya membaca Alquran sebagai teks yang memiliki sejarah.

    Menyinggung kepada para kaum muslimin (orang timur), Dr Munir menambahkan jika kajian dikalangan muslim justru membahas ranah teologi dan normatif. Pada kajian al-Quran di kalangan muslim ini memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan tekstual dan kontekstual.

    Kemudian beliau menegaskan bahwa kajian Alquran lebih berkembang di dunia barat daripada Timur. Hal ini dikarenakan sejauh ini kajian Alquran di Barat jauh lebih pesat berkembang karena mereka kaya akan konteks yang merekontruksi sejarah. Keunggulan dari merekonstruksi sejarah ialah mereka dapat menentukan hukum, fatwa, nilai, dan etika dalam memahami teks yang bersinggung waktu turunnya ayat dengan waktu saat ini.

    Selain itu orang-orang orientalis memahami Alquran dengan belajar banyak bahasa (selain Bahasa Arab) seperti bahasa Suryani dan Ibrani. Hal ini membuktikan tingkat keseriusan mereka dalam mengkaji Alquran. Maka dengan hal ini kita tidak heran bahwa mereka jauh lebih berkembang dibandingkan kajian Alquran di Timur. (Yugas)

  • Koperasi Kantin Syariah (KKS) Terobosan Terbaru Dema FEBI

    Koperasi Kantin Syariah (KKS) Terobosan Terbaru Dema FEBI

    Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) IIQ An Nur Yogyakarta membuat satu terobosan baru terkait dengan ekonomi mahasiswa dengan mendirikan Koperasi Kantin Syariah. Koperasi ini berdiri pada tangal 8 Oktober 2018.

    Mu’afinul Huda selaku Ketua DEMA FEBI memaparkan awal mula terbentuknya Koperasi Kantin Syariah ini dari ide mahasiswa. Beberapa dosen turut memberikan dorongan, terlebih Dekan FEBI sangat setuju untuk segera mendirikan sebuah lembaga.

    “Koperasi Kantin Syariah ini pada awalnya adalah Kewirausahaan Syariah yang di bawah naungan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa Ekonomi Syariah IIQ An Nur, namun setelah mendapatkan beberapa masukan dari dosen dan mahasiswa, maka namanya berubah menjadi Koperasi Kantin Syariah” jelas Huda di KKS, Jum’at (26/10/2018).

    “Lembaga kewirausahaan ini sebenarnya sudah lama kita musyawarahkan dan kemarin pada tanggal 8 Oktober 2018 kita launching-kan pertama kali, untuk pengoperasian Koperasi Kantin Syariah ini setiap jam kosong mahasiswa Ekonomi Syariah,” ujarnya.

    Huda juga menambahkan maksud dari kewirausahaan ini sebagai sarana mahasiswa FEBI untuk belajar bisnis Islam secara langsung.

    “Tujuan dari kewirausahaan ini banyak sekali salah satunya untuk menjadi wadah atau sarana praktek secara langsung terkait tentang bagaimana kita berbisnis secara Islam, bagaimana akad-akad yang berada di dalamnya dan untuk menciptakan atau membuat kesejateraan kepada mahasiswa Ekonomi Syariah khususnya maupun mahasiswa umum lainnya,” tandasnya. (Mualimin)

  • FAKULTAS USHULUDDIN IIQ AN NUR GELAR KULIAH UMUM

    FAKULTAS USHULUDDIN IIQ AN NUR GELAR KULIAH UMUM

    Kamis, 25 Oktober 2018 Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta menyelenggarakan kuliah umum bertemakan “Dinamika Kajian Al-Quran antara Timur dan Barat.” Pada kuliah umum kali ini, Fakultas Ushuluddin menghadirkan narasumber Dr. Phill. Munirul Ikhwan, Lc. MA.

    Kuliah umum yang diadakan di Auditorium IIQ An Nur itu dihadiri oleh 92 mahasiswa Fakultas Ushuluddin. Dosen-dosen Fakultas Ushuluddin pun turut hadir dalam kuliah umum tersebut.

    Dr. Munir menjelaskan secara gamblang terkait perbedaan dan persamaan antara kajian Alquran di Barat dan Timur. Sehingga, Imam sebagai salah satu dosen Fakultas Usuluddin berharap agar para mahasiswa dapat mengikuti jejak Dr. Munir setelah mendapatkan penjelasan tentang tema yang diusung, yakni menjadi seorang yang ahli di bidang Alquran.

    “Dengan adanya kuliah umum itu, para dosen Fakultas Ushuluddin mengharapkan mahasiswa memiliki gambaran kajian Alquran di Barat dan Timur hingga bisa mengikuti jejak bapak Munir dalam menuntut ilmu,” kata Khoirul Imam S. Th. I., M. Hum. selaku moderator.

    Kuliah umum yang berlangsung dari pukul 14.00-15.30 WIB itu berjalan lancar. Para mahasiswa pun sangat antusias. Hal ini terbukti dari diajukannya pertanyaan-pertanyaan kritis dari mahasiswa. (Febiola)

  • FEBI GELAR MUQODAMAN DAN SOSIALISASI

    FEBI GELAR MUQODAMAN DAN SOSIALISASI

    Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) IIQ An Nur Yogyakarta mengadakan acara “Muqodaman dan Sosialisasi Program Fakultas, Prodi, dan DEMA FEBI” pada 1 Oktober 2018.
    Kegiatan tersebut diawali dengan doa bersama, yakni dengan melakukan muqodaman secara bersama antara dosen dan seluruh mahasiswa FEBI. Tujuan acara ini disampaikan oleh Muafinul Huda selaku Ketua DEMA FEBI.
    “Muqodaman ini dilaksanakan agar dalam perjalanan kuliah nanti bisa berjalan lancar dan mendapatkan keberkahan dalam setiap kegiatan perkuliahan,” ujar Afin.


    Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Auditorium IIQ An Nur dihadiri oleh puluhan mahasiswa beserta dosen dari FEBI.

    “Sosialisasi ini untuk memberikan informasi kepada seluruh dosen dan mahasiswa tentang kefakultasan, seluruh Prodi, dan seluruh kegiatan yang berada di bawah naungan DEMA FEBI,” papar Afin.

    Selain memberikan informasi, kegiatan tersebut sekaligus sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat bagi mahasiswa dan dosen FEBI.

    “Kegiatan ini sebagai ajang untuk memberikan semangat dan motivasi di awal perkuliahan agar mahasiswa dan dosen sama-sama berjalan beriringan demi membangun FEBI agar lebih maju, berprestasi, dan dikenal khalayak umum,” tambahnya.

    Kegiatan tersebut sekaligus sebagai ajang untuk ta’aruf dan silaturahim bersama. Tujuannya agar mereka lebih solid dan lebih kompak, baik antara dosen dengan mahasiswa maupun antar mahasiswa itu sendiri. (Fitri, Harokati)

  • IIQ An Nur Yogyakarta Gelar PBAK Mahasiwa Baru

    IIQ An Nur Yogyakarta Gelar PBAK Mahasiwa Baru

    BANTUL-Senin (24/9), Institut Ilmu al-Qur’an An Nur Yogyakarta mengadakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2018. Kegiatan ini akan berlangsung selama 4 hari, terhitung dari tanggal 24-27 September 2018. Pembukaan PBAK dilaksanakan di halaman kampus IIQ An Nur Yogyakarta. Acara ini Diikuti oleh 169 calon mahasiswa baru dengan penuh semangat. Tema yang diusung kali ini adalah “Menumbuhkan Semangat Kebhinekaan Mahasiswa di Era Digital”.

    “Dengan tema ini, kami berharap agar mahasiswa khususnya calon mahasiswa baru mampu merubah paradigma dalam mengenal dunia akademik dan mampu menjadi media solutif di bidang ilmu keagamaan Islam dan bisa dipertanggungjawabkan di hadapan keluarga, agama, nusa. dan bangsa,” papar Andriyansah selaku Ketua Panitia PBAK 2018.

    Di hadapan para calon mahasiswa, M. Johan Usman selaku Ketua DEMA IIQ An-Nur Yogyakarta mengajak mereka untuk meningkatkan akhlak diimbangi dengan meningkatkan prestasi akademik.

    “Dewasa ini banyak sekali mahasiswa Islam khususnya, yang tampil bagus dhahirnya, kaya argumentasinya, namun mereka miskin akan akhlak, buta akan agama dan tuli dengan kabar yang sebenarnya (al-Qur’an). Ini akan berakibat fatal bagi kelangsungan bangsa Indonesia sebab pemuda-pemudinya lemah dalam segi akidah, lemah dalam cinta terhadap bangsa,” ujarnya.

    Dengan masuknya para calon mahasiswa baru di perguruan tinggi yang berbasis al-Quran ini, maka keberuntungan yang besar akan menyertainya. Sehingga keilmuan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

    Dalam rangka mempersiapkan para kader penerus bangsa, dalam sambutannya tersebut, Johan mengajak para calon mahasiswa baru dengan disiplin dan penuh tanggungjawab.

    “Dengan terealisasinya kegiatan PBAK nantinya menandai perubahan dari status siswa menuju mahasiswa. Perubahan ini harus disadari agar tumbuh dalam setiap diri mahasiswa jiwa bersih, jujur, aktif, progresif, dinamis, idealis, dan agamis, karena mahasiswa sebagai agent of change selalu berada di garda terdepan dalam merubah ketimpangan sosial, ketidakadilan, dan rezim tiranik yang semena-mena dalam memimpin tanpa memikirkan rakyatnya,” tambahnya. (Fitri, Harokati)

  • WISUDAWAN DAN WISUDAWATI LULUSAN TERBAIK IIQ AN NUR YOGYAKARTA

    WISUDAWAN DAN WISUDAWATI LULUSAN TERBAIK IIQ AN NUR YOGYAKARTA

    Sabtu, 15 September 2018, IIQ An Nur Yogyakarta telah mengadakan Wisuda Sarjana ke-10 dan Harlah ke-16. Pada tahun ini, IIQ An Nur Yogyakarta meluluskan sebanyak 54 wisudawan dan wisudawati dari Fakultas Tarbiyah dan Ushuluddin.

    Pada acara ini, IIQ An Nur Yogyakarta memberikan apresiasi kepada 16 wisudawan dan wisudawati yang meraih nilai IPK cumlaude. Khusnia Umiyati, S. Pd. terpilih menjadi mahasiswa lulusan terbaik dari Fakultas Tarbiyah yang mendapatkan IPK tertinggi yaitu 3,69. Sedangkan dari Fakultas Ushuluddin, Abdul Wachid Lathif, S. Ag. terpilih menjadi lulusan terbaik tahun ini dengan IPK 3,65.

    Abdul Wachid Lathif, S. Ag. mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian yang telah diraih saat ini. Tidak kalah istimewanya, wisudawan ini termasuk salah satu dari tiga khatimin dan khatimat yang mengikuti wisuda kali ini.

    “Saya bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Semua kerja keras selama ini alhamdulillah ya membuahkan hasil. Pasalnya saya tidak menyangka kalau saya bisa jadi lulusan terbaik.”

    Khusnia mengungkapkan bahwa ia tidak menyangka jika akan terpilih menjadi mahasiswa lulusan terbaik pada tahun ini. “Alhamdulillah, aku bersyukur banget. Sebenarnya semuanya terbaik, hanya saja kebetulan aku. Ya, aku juga nggak tahu,” ujarnya.

    Keberhasilan yang diraih oleh Kusnia tidak datang secara tiba-tiba. Keberhasilan ini berawal dari keterpaksaan dalam menyandang status santri sekaligus mahasiswa. Akan tetapi dengan semangat belajar, kesabaran, dan keinginan untuk membahagiakan kedua orang tuanya, segala jerih payahnya selama ini memberikan hasil yang memuaskan.

    “Dulu awalnya saya merasa terpaksa kuliah di sini, tetapi akhirnya saya berusaha buat maksimalin. Awalnya saya merasa ada dua kewajiban yang saya rasa tidak mungkin bisa dijalani. Tapi setelah itu, dengan sabar dijalani satu persatu,” tambahnya.

    “Ya, ingat dulu semester awal betapa kesulitannya ketika ada tugas kuliah dan ada ngaji juga di pondok, itu benar-benar sesuatu yang Insya Allah tidak ditemui di kampus luar. Jadi Insya Allah di sini terkesan banget dan bisa membentuk pribadi kita  yang baik luar dalam, Insya Allah,” tambah Khusni.

    Sedangkan Abdul, salah seorang santri dari Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak mengungkapkan bahwa selama kuliah ia terkendala akan  transportasi. Pada awal masuk kuliah ia belum memiliki sepeda motor, sehingga ia harus meminjam kapada teman-temannya.

    Khusnia dan Abdul juga memberikan saran kepada adik-adik mahasiswa agar rajin kuliah serta melaksanakan semua kewajiban dengan baik. Selain itu, penting juga mengatur pikiran dan waktu sebaik mungkin. Sehingga dapat menyeimbangkan kewajiban sebagai santri sekaligus mahasiswa agar mendapatkan hasil yang maksimal karena suatu proses tidak akan menghianati hasil. (Parni, Harokati)